Solidaritas Korban Virus Corona, Bali Art Club Gelar Pameran Lukisan

Guo Hodong bersama karyanya - KR14

Komunitas seniman Bali Art Club, Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT) Bali menggelar pameran lukisan, Jumat (6/3) di Sudakara Artspace, Sanur. Pameran ini merupakan bentuk solidaritas para seniman Bali Art Club terhadap korban virus Corona serta bagi warga Wuhan serta masyarakat China yang tengah melakukan penanganan serius terhadap musibah ini.

Konsul Jenderal China di Denpasar, Gou Haodong menyambut antusias pameran ini. Menurut Gou, pameran ini begitu mencerminkan rasa persahabatan dan doa dari masyarakat Bali. “Melalui karya seni, mengingatkan kita akan hubungan persahabatan kedua bangsa sejak lama”ujarnya

“Saya mengucapkan kepada terima kasih kepada para artis yang ikut partisipasi acara ini sangat baik untuk hubungan diplomatik kedua negara,”ungkapnya.

Pameran ini juga menjadi salah satu peringatan 70 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Tiongkok.Tak kurang dari 30 karya dipajang pada gelaran ini. Hangatnya hubungan pertemanan dan kekeluargaan begitu tergambar pada setiap karya yang dipajang.

Salah satu lukisan yang diberi judul “Dibawah Langit Kita Bersaudara” oleh Djaja Tjandra Kirana erat dengan nilai persaudaraan. Tampak tulusnya masyarakat Bali ketika melakukan ritual dan mendoakan para tenaga medis untuk mengatasi wabah Corona di China. Di lukis diatas media kertas dan cat air, lukisan itu menjadi simbol harapan agar musibah Corona dapat segera berlalu.

“Idenya dua hari lalu, untuk penyelesaianya membutuhkan waktu selama sehari,”ujar sang Perupa, Djaja Tjandra Kirana. Menurut penuturanya, lukisan itu akan ia lelang dan hasilnya akan dipergunakan untuk donasi membatu biaya penyembuhan para pengidap Corona.

Konjen China juga turut memamerkan karyanya pada pameran ini. Gou Haodong yang juga merupakan seorang kaligrafer mempersembahkan sebuah karya kaligrafi bertajuk ‘Meskipun Berada di Tempat yang Berbeda-beda, Kita Masih di Bawah Langit yang Sama.

“Selama kita berada di bawah langit yang sama kita adalah saudara,”jelasnya. Karya Gou ini menginspirasi judul pameran yang selain untuk memperingati hubungan diplomatik kedua negara juga solidaritas bagi Wuhan.

Karya lain yang merespons kondisi Wuhan dan dampak virus corona baru di antaranya bisa dilihat pada karya Tjandra, Duatmika, Loka Suara, dan Polenk Rediasa. Dalam karya Polenk yang bertajuk “1.118 Tahun Membisu” menggambarkan lima perempuan bermasker yang menyimbolkan aksi tutup mulut atau membisu.

Tahun membisu terinsipirasi dari kutukan Dewi Danu pada masyarakat Kolok, Desa Bengkala, Buleleng, yang telah merahasiakan pernikahan Raja Jaya Pangus dengan putri dari China Kang Cing Wei yang membuat mereka telah membisu selama 1.118 tahun.

“Kini masyarakat berburu masker, apakah ingin membisu dan memutus interaksi?”tanya Polenk saat menjelaskan karyanya.

Agaknya, Polenk ingin menyampaikan pesan bahwa sejak 1.118 tahun lalu masyarakat Bali setia dan menghormati Kang Cing Wei sebagai ratu atau saudara tua.”Kini kita bersama masyarakat China yang kena wabah virus corona,” tutur Polenk.

Selain mereka bertiga, pameran ini juga menampilkan karya dari Wayan Redika, Chusin Setiadikara, Niluh Listya Waltyuni, Polenk Rediasa, Mude Kack, I Made Somadita, Made Duatmika, Made Wiradana. Selaim itu. Teja Astawa, Ida Bagus Putu Purwa, I Made Romi Sukadana, Pande Alit Wijaya Suta, Handy Saputra, Nyoman Wijaya, Made Gunawan, Nyoman Sujana Kenyem, Loka Suara, Ni Komang Atmi Kristiadewi, Nyoman Aryawan, dan Liem Ariawan ynag bisa dinikmati hingga 16 Maret 2019. ( Bali)

Apa Komentar Anda?