
DENPASAR, kanalbali.id– Bali telah dikenal dunia sebagai daerah pariwisata dengan kehidupan yang serba gemerlap. Namun di balik itu masih banyak masalah yang harus diselesaikan terkait kemiskinan warganya. Salah-satunya adalah soal putus sekolah.
Hal inilah yang mendorong Dr. Ni Komang Anik Sugiani, seorang dosen asal Desa Mengening di Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Bali untuk berkiprah secara nyata di lingkungannya.
“Saya sendiri cukup beruntung bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang sarjana S3 atau doktor,” katanya kepada wartawan peserta Anugerah Pewarta Astra 2023 yang dipandu Penakita.com, baru-baru ini melalui zoom.
Namun dia sadar, semua itu tak akan ada artinya tanpa manfaat nyata yang bisa dirasakan oleh orang lain.
Ia sendirih memilih disiplin ilmu teknologi pembelajaran. Sebab, menurutnya, teknologi pembelajaran akan terus berkembang sehingga jurusan dipilih merupakan satu paket kesatuan yang nantinya akan bisa dilaksanakannya.
Ia kemudian merancang program pendidikan informal di kampung halamannya. Awalnya, dia hanya bersama lima temannya tapi kemudia mendapat dukungan warga. Dari situ lahirlah program Taman Pintar pada 2016 yakni adanya pendidikan gratis bagi ana-anak putus sekolah disusun dengan mempertimbangkan kondisi masyarakat yang terbentur biaya sekolah.
Untuk biaya pendidikan bisa diganti dengan penukaran hasil pengumpulan sampah-sampah. Pendidikan diberikan sesuai minat siswa seperti mengolah sampah menjadi produk bernilai ekonomi.
Tahun 2020, lembaganya Social Project Jyoti berganti Yayasan Project Jyoti Bali (YPJB) yang merupakan komunitas anak SMA atau yang tidak mampu sekolah SD dan SMP.
Mereka yang diasuh YPJB diberikan pelajaran mengolah sampah mulai membuat Bata, ramah lingkungan, Eco Enzyme hingga bantal alas duduk.
Para siswa mendapatkan ilmu pengetahuan melalui pembelajaran pelatihan dan uang saku, perlengkapan sekolah serta sembako.
Beberapa funding atau donator berdatangan sampai puncaknya mendapat apresiasi Astra SATU Indonesia Award, sebagai tokoh muda desa yang menginspirasi.
Anak-anak putus sekolah yang diasuh awalnya sebanyak pada 2019 tercatat 124 siswa hingga berkurang menjadi 74 anak. 32 diantaranya berasal dari keluarga kurang mampu di tiga desa sekitar.
Pembelajaran gratis di Desa Mengening kemudian terus berkembang semakin banyak kegiatan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan anak-anak putus sekolah secara berkelanjutan. (Kanalbali/RFH)
Be the first to comment