BADUNG, kanalbali,id – Parikrama Wana Kerthi sebagai wujud cinta kasih terhadap hutan dan alam sekitarnya digelar umat Hindu di Pura Penataran Pucak Mangu, Banjar Tinggan, Kabupaten Badung, Selasa, 4 November 2025.
Upacara suci yang dipimpin Ida Cokorda Mengwi XIII sebagai Pengerajeg Karya Pujawali Pura Penataran Agung Pucak Mangu, Badung itu bertujuan sebagai upaya pengingat, welas asih, penyelamat, dan dan melestarikan ekosistem alam beserta isinya.
Sebelumnya pada Sabtu, 1 November 2025 telah digelar upacara Danu Kertih di Ulun Danu Beratan.
Klaim Direstui Jokowi dan Prabowo, Koalisi Partai Usung Rai Mantra-De Gadjah Ke Pilgub Bali 2024
Sementara puncak upacara akan digelar pada Purnama Kelima, Rabu, 5 November 2025 di Pura Penataran Agung Pucak Mangu.
“Ini merupakan rangkaian dari Karya Agung, Padudusan Agung, Tawur Balik Sumpah dan upacara suci lainnya. Pelaksanaan upacara ini pada intinya adalah ngrastitiang jagat beserta isi alamnya. Tentunya agar umat memohon keselamatan, kerahajengan, dan kerahayuan,” ujar Ida Cokorda Mengwi XIII diwawancarai di Pura Penataran Agung Pucak Mangu, Badung, Selasa, 4 November 2025.
Siap Sukseskan World Water Forum ke-10, Kemenkumham Bali Siapkan Konter Khusus Keimigrasian
Menurut Ida Cokorda Mengwi XIII sejak beberapa waktu belakangan terjadi fenomena alam hingga bencana alam yang patut diperhatikan umat manusia.
Dalam konteks ini sosok yang semasa walaka menjabat Bupati Badung 2 periode 2005-2015 dan Anggota DPD RI Utusan Provinsi Bali peraih 229.675 suara untuk masa jabatan 2019-2024 menekankan bahwa sesungguhnya manusia serta alam saling berkaitan, sehingga patut dijaga kelestariannya.
“Fenomena alam ini kan sungguh memprihatinkan, seperti banjir yang ada di mana-mana. Kami secara spiritual melaksankaan upacara wana kertih ini,” tandas Ida Cokorda Mengwi XIII.
Lebih jauh, Ida Cokorda Mengwi XIII mengajak umat Hindu kembali ke filsafat Tri Hita Karana, yakni menjaga hubungan harmonis manusia dengan Tuhan, hubungan harmonis manusia dengan alam, dan hubungan harmonis manusia dengan manusia.
“Seperti filsafat Tri Hita Karana, kita harus lakukan itu. Saya selaku Pengerajeg Karya, melaksanakan rangkaian ngrastitiang jagat ini, agar ke depannya umat Hindu secara sekala dan niskala menjaga hutan serta alam lingkungannya,” bebernya.
Melalui upacara Wana Kertih juga dilepas liarkan binatang seperti kijang dan burung-burung beraneka ragam.
“Kami dorong umat Hindu, saling menjaga ekosistem alam. Lewat pelespasliaran binatang kijang dan burung-burung bisa membantu menjaga ekosistem alam (Wana Kertih) di areal Pura Pucak Mangu,” pesan Ida Cokorda Mengwi XIII.
Upacara suci Wana Kertih ini dipuput oleh Ida Pedanda Gede Oka Watulumbang Manuaba (Griya Magelung Baha); Ida Pedanda Gede Giri Arimbawa Simpangan (Griya Simpangan Pelaga); Ida Pedanda Buddha Giri (Griya Gunung Sari Peliatan Ubud); dan Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Pancering Bhuwana (Griya Pancer Bhuwana Jimbaran). ( kanalbali/RLS)


