Desa Penglipuran Jadi Lokasi Studi Lapangan Mahasiswa DIII Prodi Kesling UMKT

BANGLI, kanalbali.id – Desa Penglipuran Bali adalah desa  yang terletak di Kecamatan Bangli dengan luas 112 hektare terdiri dari pertanian 50 hektar, hutan bambu dan kayu 49 hektar, serta pemukiman untuk warga dengan jumlah penduduk kurang dari 1500 jiwa.

Sebagian besar warga bekerja sebagai pemandu wisata, pengrajin, pedagang souvenir dan kuliner selain itu juga ada sebagai petani.

Panglipuran dikenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia semenjak tahun 2016 oleh Green Destination Foundation yang sebelumnya tahun 2003 memenangkan penghargaaan desa terbersih di Bali.

Hal ini dikarenakan memiliki adat istiadat yang masih dijalankan oleh warganya secara konsisten sehingga kebersihan dan ketertiban terjaga.

Sesudah melakukan pelatihan pengelolaan sampah terpadu di desa wisata yang dilaksanakan di Kompleks area Blooms Garden (jumat, 20 September 2024) selanjutnya 20 Mahasiswa Diploma III Prodi Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur melakukan studi lapangan di Desa Panglipuran sebagai percontohan desa paling bersih dan mengamati lebih dekat pemberdayaan berbasis wisata, minggu (22/9/2024)

Dok. Mahasiswa D III UMKT menyimak penjelasan pengolahan sampah – IST

Dosen pendamping Muhammad Habibi, S.KM.,M.KL didampingi Denny Kurniawan, S.Hut., MP mengatakan ada beberapa aspek penting dari pengelolaan sampah di Desa Penglipuran, yang sebenarnya bisa kita contoh untuk diterapkan di wilayah Samarinda atau Kalimantan Timur pada umumnya, seperti :

Pertama, Konsep Tri Hita Karana diantaranya, yaitu konsep keharmonisan antar manusia yang dalam agama Islam Hablumminannas, kemudian manusia dengan lingkungan (dalam teori Ekologi kita menjaga lingkungan, maka lingkungan menyehatkan kita), dan manusia dengan Tuhan yang dalam Islam disebut Hablumminallah.

Hal ini merupakan satu contoh pendidikan lingkungan yang dibarengi dengan pemahaman adat istiadat tentang menjaga keharmonisan dengan lingkungan.

Kedua, Masyarakat Panglipuran sudah terbiasa menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) dalam keseharian mereka seperti sampah organik diolah menjadi pupuk kompos. Untuk sampah anorganik seperti plastik dan botol dikumpulkan dan diangkut oleh bank sampah dan hasil penjualan digunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti memberikan bantuan beras untuk kegiatan keagamaan.

Ketiga, Budaya gotong royong yang masih tinggi. Masyarakat mempunyai kesadaran yang optimal dalam menjaga kebersihan lingkungan serta rasa memiliki terhadap wilayahnya, sehingga mereka menjaga wilayahnya agar tetap bersih dan tentunya berdampak positif kepada warganya dari segi ekonomi maupun kesehatan.

Dengan demikian, lanjut Muhammad Habibi, “Desa Penglipuran telah menciptakan sistem pengelolaan sampah yang efektif dan mandiri, yang menjadi contoh inspiratif bagi desa-desa lainnya dalam menjaga lingkungan dan melestarikan budaya.”

Menutup perbincangan saat mendampingi mahasiswa, Dosen UMKT Deny Kurniawan mengatakan, “Mahasiswa kedepannya saaat terjun ke masyarakat hendaknya bisa mengaplikasikan dan menerapkan contoh Desa Penglipuran mulai dari hal terkecil mengenai pengelolaan sampah dari rumah tangga, wilayah desa atau kelurahan yang berdampak positif terhadap lingkungan serta kesehatan. (Kanalbali/RLS)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.