DENPASAR, kanalbali,id – Kepolisian Polda Bali, telah memeriksa 21 saksi terkait tewasnya Mahasiswa Unud bernama Timothy Anugerah Saputra (21) dilaporkan meninggal dunia dengan melompat dari lantai empat di Gedung FISIP Kampus Sudirman, Unud, di Denpasar, pada Rabu, (15/10) lalu.
Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Ariasandy mengatakan, korban diduga kuat tewas karena bunuh diri.
“Masih kita selidiki. Diduga kuat bunuh diri. Dari hasil lidik awal kita, pemeriksaan itu diduga kuat dia bunuh diri. Tapi kan masih proses lidik ini, kita belum final gitu loh. Kan kita harus berdasarkan alat bukti, scientific investigation untuk bisa memastikan sebuah perkara ini pidana atau tidak,” kata Kombes Ariasandy, saat dikonfirmasi Kamis (23/10) sore.
Ia menyebutkan, hingga saat ini telah memeriksa 21 saksi dan termasuk rekaman CCTV yang berada di Gedung FISIP. Tetapi, penyelidikan ini belum selesai karena masih ada dua alat bukti yang perlu dilakukan pemeriksaan, yaitu handphone dan laptop milik korban.
“21 orang kita sudah periksa, termasuk CCTV kita periksa dan segala macam itu. Cuman ini belum selesai, karena masih ada beberapa alat bukti yang masih kita dalami,” ujarnya.
“Handphone sama laptop itu, kan kemarin dari pihak keluarga tidak mau menyerahkan itu handphone sama laptop itu. Tapi karena kita pendekatan ke keluarga, akhirnya diserahkan handphone sama laptopnya itu untuk kita dalami,” lanjutnya.
21 Saksi Diperiksa
Kemudian, untuk 21 saksi yang diperiksa ialah yang mengetahui peristiwa tersebut. Selain itu, juga operator CCTV di Gedung FISIP Universitas Udayana.
“Semua yang kita duga tahu dan terkait dengan peristiwa itu kita periksa. Dosen, teman, operator CCTV, petugas kebersihan yang tahu kejadian itu, kita periksa. Jadi saksi 21 itu kebanyakan kawan-kawan kelasnya, dosen-dosennya, dan orang di sekitar yang melihat kejadian itu,” ungkapnya.
“Bahkan ada yang melihat pas dia melayang dari atas turun ke bawah gitu, jatuhnya. Tinggal itu tadi, tinggal handphone sama laptop itu yang diserahkan sama keluarga itu yang kita mau cek. Sementara masih proses,” lanjutnya.
Ia juga menyatakan, bahwa korban jatuh dari lantai empat gedung FISIP tetapi untuk memastikan kenapa korban melakukan hal tersebut itu masih butuh penyelidikan.
“Lantai empat diduga kuat. Lantai empat lompat dari sana, bunuh diri. Iya nanti tunggu saja, semua butuh proses. Ini sementara kita dalami, tim siber kita mendalami isi daripada handphone maupun laptop korban ini. Nanti begitu sudah selesai baru kita bisa pastikan, apakah kejadiannya ini ada indikasi ke pidana atau dia memang mungkin kecelakaan atau dia memang betul-betul bunuh diri,” ujarnya.
Bukti CCTV
Kemudian, soal CCTV pihak kepolisian juga telah melakukan pemeriksaan di tanggal 15 dan 20 Oktober 2025. Dan, memang awalnya CCTV itu mati tetapi setelah dilakukan pengecekan kembali itu bisa dilihat rekaman CCTV-nya.
“Begitu kejadian, tanggal 15 kan kita datang itu mengecek, tanya operator CCTV lantai empat bagaimana CCTV-nya?. Mati kata si operator ini yang ditugasi sebagai operator. Kita cek dong, penyelidik kita ini cek di ruang kontrol. Memang di lantai empat layarnya itu blank. Jadi kita duga memang betul ada gangguan. Kalau yang lantai-lantai lain menyala CCTV-nya, tapi lantai empat blank. Berarti kan kita yakin dong, kalau itu rusak kan begitu,” jelasnya.
“Berikutnya kita datang lagi. Sampai tanggal 20 kita datang. Kita cek recorder-nya itu. Kita sedot isi di dalam itu ternyata bisa. Masuk ke laptop kita, ternyata di lantai empat itu bisa kita ambil gambarnya. Walaupun dimonitor itu, nah itulah makanya dari pihak universitas mungkin mengatakan tidak ada yang rusak, karena itu pun juga kita konfirmasi dari pihak universitas juga menanyakan itu. Rupanya ada gambarnya,” sebutnya.
Kemudian, dari hasil CCTV itu memang tidak terlihat korban saat melompat atau jatuh. Karena, tiga CCTV itu mengarahnya ke bagian tangga.
“Posisi di lantai empat itu ada tiga CCTV dan dia statis, tidak bisa digerak-gerakan. Tapi tiga CCTV ini mengarahnya ke tangga, kemudian ke bangunan. Tapi tidak meng-cover lokasi di mana si korban ini diduga bunuh diri. Jadi blank dia di situ, tidak ter-cover. Jadi CCTV itu tidak bisa menangkap peristiwa dia lompat itu, karena memang tidak menyorot ke sana CCTV-nya,” ujarnya.
Kemudian, saat di lantai empat korban itu sendirian tetapi ada saksi di situ karena saat kejadian itu pagi sekitar pukul 08:00 WITA. Dan ada saksi yang melihat bahwa korban membuka sepatu di sana.
“(Korban) sendiri kan ada saksi yang melihat, karena itu pagi-pagi kejadian itu. Jam 8 sekian gitu. Ada saksi yang melihat, memang dia di lantai empat itu (korban) buka sepatu. Tapi saksi ini kan tidak kenal sama korban, artinya mungkin teman satu kuliah tapi bukan satu fakultas, jadi tidak kenal,” ujarnya.
“Cuma (saksi) lihat (korban) ada. Lalu kemudian dia tengok lagi, loh orangnya mana?. Kok ada sepatu sama tasnya doang?, orangnya ke mana?. Dia tidak peduli sampai dia tahu, kalau ternyata ada orang yang jatuh. Dia (saksi) sempat ditanyakan, sepatu itu punya siapa?, (oleh) petugas kebersihan, itu mungkin itu sepatunya yang korban jatuh tadi,” ucapnya.
Pihaknya kembali menegaskan, intinya masalah CCTV memang ada trouble. Makanya, kenapa awalnya dibilang rusak, karena dari hasil pemeriksaan awal operatornya bilang rusak.
“Kita cek, oke memang tidak ada gambar. Tapi kita dalami lagi kemudian ambil gambar dari recorder-nya itu bisa dapat. Tapi, rupanya CCTV itu tidak meng-cover sudut di mana dia lompat,” ujarnya.
Handphone dan Laptop Sudah Diperiksa
Selain itu, untuk handphone dan laptop sudah diserahkan oleh pihak keluarga untuk dilakukan pemeriksaan. Namun, awalnya ibu kandung korban tidak mau melaporkan ke kepolisian terkait peristiwa tersebut dan telah membuat surat pernyataan.
“Sehingga ketika kita mau dalami, dia (ibu korban) sampai saat ini pun tidak mau ngomong. Ini pernyataannya ada, dan terus, barang-barang yang dipunyai korban kan diamankan oleh om-nya (pamannya). Ketika penyidik minta kerja sama supaya barang itu diserahkan, dia nolak karena ibu korban pada awal kan tidak mau,” ujarnya.
“Tapi setelah upaya kita beberapa hari, kita kasih pengertian, pendekatan, akhirnya diserahkan. Tapi keterangan dari ibu tetap, bahwa saya tidak melaporkan persoalan ini ke Polri. Iya ada pernyataannya itu,” jelasnya.
Sementara, terkait alasan ibu korban tidak mau melaporkan pihaknya belum mengetahuinya, karena ibu korban tidak mau bicara. Selain itu, ayah dan ibu korban telah lama bercerai, dan yang melaporkan ke pihak kepolisian adalah ayah korban.
“Bapaknya sudah lama cerai sama ibunya. Jadi bapaknya tahu anaknya meninggal itu dari pemberitaan. Makanya dia kemudian melapor ke polisi karena dianggap, dia tidak dapat informasi utuh gitu. Makanya polisi pada saat dia wawancarai, dia bilang kita sarankan si bapaknya agar komunikasi sama ibunya,” ujarnya.
“Yang jelas, sementara ini kesimpulan kita dari hasil lidik, kita duga kuat dia bunuh diri. Kemudian sampai saat ini, belum kita temukan adanya indikasi pembullyan. (Tapi) kita masih meriksa handphone dan segala macamnya,” ujarnya.
Sebelumnya, seorang mahasiswa Universitas Udayana (Unud) Bali tewas jatuh dari lantai empat gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) di Kampus Sudirman, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, pada Rabu (15/10).
“Terkait kejadian di lingkungan Kampus FISIP, Universitas Udayana menyampaikan duka cita yang mendalam atas berpulangnya salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, di lingkungan kampus Sudirman,” kata Pascarani, Rabu (15/10) sore.
Ia menerangkan,berdasarkan keterangan saksi dan hasil penelusuran awal, diketahui melompat dari lantai dua gedung FISIP sekitar pukul 09.00 WITA. Korban, sempat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis, namun tidak tertolong atau meninggal dunia. (kanalbali/KAD)


