Mengungkap Masalah Air dan Kesehatan di Bali

 Permasalahan ketersediaan air bersih di Bali masih menjadi momok saat musim kemarau tiba. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karangasem, terdapat kurang lebih 34 desa yang mengalami kekeringan pada bulan Oktober tahun 2023 yang lalu.

Dikutip dari cnnindonesia.com, Balai Besar MeteorologiKlimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar memetakan lima wilayah di Bali masuk status Awas Kekeringankarena sudah tidak ada hujan minimal 61 hari berturut-turut.

Lima wilayah di Bali yang masuk status Awas Kekeringan itu yakni mayoritas di Kabupaten Buleleng meliputi KecamatanGerokgak, Buleleng, Sawan, dan Kubutambahan. Sedangkansatu kecamatan berada di Kabupaten Karangasem yakniKecamatan Kubu. Ada pun Kecamatan Kubu menjadikecamatan di Bali yang jumlah hari tidak ada hujan paling lama yakni mencapai 90 hari.

Sedangkan tujuh wilayah di Bali masuk status Siaga Kekeringanyakni Kecamatan Kintamani, Karangasem, Kuta, Kuta Utara, Kuta Selatan, Nusa Penida, dan Denpasar. Sementara itu adalima wilayah yang masuk status Waspada Kekeringan yakniKecamatan Melaya di Kabupaten Jembrana dan sisanya di Kabupaten Buleleng yakni Kecamatan Seririt, Busungbiu, Banjar dan Tejakula. (cnnindonesia.com).

Kekeringan bukanlah satu-satunya permasalahan yang terjadi di Bali, di sisi lain Bali, justru bencana terjadi saat musim hujantiba. Beberapa permasalahan yang timbul antara lain Banjir, virus Demam Berdarah Dengue serta pencemaran air yang terjadi hampir di setiap sungai yang bermuara ke laut.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali mencatat jumlah kasusdemam berdarah dengue (DBD) di Pulau Dewata sejak Januarihingga pertengahan April 2024 mencapai 4.177 kasus. Lima di antaranya meninggal dunia akibat penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti itu.

Kepala Dinkes Provinsi Bali I Gede Anom menyebutkanKabupaten Gianyar menjadi wilayah dengan kasus DBD tertinggi di Bali. Per Januari-April 2024, Gianyar telahmencatatkan sebanyak 1.317 kasus.

Sebelumnya, Otoritas Kesehatan Australia memperingatkanancaman wabah DBD bagi warganya yang berlibur ke Bali. Dalam beberapa tahun terakhir, ada peningkatan infeksi DBD warga Australia yang baru kembali dari Bali.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia juga mengatakan kasus DBD paling umum terjadi selama musimhujan, yang biasanya berlangsung dari November hingga April.(detik.com)

Tahun ini, diskusi besar tentang air akan diselenggarakan pada 18-25 Mei nanti di Bali, World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali akan fokus membahas empat hal, antara lain tentangkonservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi(clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi bencana alam (mitigation of natural disasters). Namun pembahasan terkait air bersih dan sanitasi harus terus dilakukan terutama dalam tatananmasyarakat lokal. Oleh karena itu, Pasraman Air sebagai ruangbelajar dan bergerak bersama berusaha secara konsistenmelakukan diskusi, edukasi dan aksi pelestarian sumber mata air di Bali.

Pada bulan Mei tahun 2024 ini, Pasraman Air kembalimengadakan diskusi bulanan bertemakan “Air dan KerentananKesehatan”. Tema ini diambil antara lain sebagai upaya edukasiterhadap masyarakat tentang kerentanan kesehatan yang disebabkan oleh musim kemarau dan penghujan. Hal berikutnyayang tidak kalah penting adalah infrastuktur sanitasi masyarakatyang perlu terus ditingkatkan terutama saat musim hujan tiba.

Diskusi akan digelar pada 30 Mei 2024 di Dalam RumahCommunity Hub, menghadirkan praktisi dan pemegangkebijakan terkait dengan air dan sanitasi. Narasumber yang akanhadir diantaranya, Udayana One Health Collaborating Center ( Pusat Kajian One Health Universitas Udayana), Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).

Diskusi ini diharapkan dapat menguatkan peran sertamasyarakat dalam menjaga sumber mata air, jalur-jalur mata air dan sanitasi di lingkungannya. Hal ini penting untuk terusdilakukan mengingat Bali sebagai salah satu tujuan wisata dunia yang tentu sangat bergantu kepada ketersediaan air dan kesehatan masyarakat. Jangan sampai perkembangan pariwisataberbanding terbalik dengan pelestarian sumber mata air, peningkatan sanitasi masyarakat dan pelestarian budaya Bali yang berkaitan dengan pemuliaan air. ( kanalbali /. RLS )

Apa Komentar Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.