PERJALANAN karir Putu Kusuma Subada sudah cukup panjang. Sejak mengawalinya dengan magan di di kantor Putu Suta Sadnyana bersama Erwin Siregar, mungkin sudah lebih dari 25 tahun.
Wajar bila dalam urusan penanganan perkara, alumni UGM ini bukan ujung tombak lagi. Ada beberapa lawyer muda bergabung di kantornya. Putra keduanya pun ikut berkecimpung. “Jadi sekarang saya tinggal mengontrol, yang muda muda itulah ujung tombaknya,” sambungnya.
Tapi bukan berarti dia berhenti belajar mengenai ilmu hukum. Sebab, menurutnya ilmu hukum itu dinamis. Bisa masuk ke disiplin ilmu lain, tidak sebatas mengurus perkara saja. Karena itu, Putu juga mempelajari arsitektur dan landscape. “Advokat itu harus rajin membaca. Bukan hanya ilmu hukum tapi ilmu lain harus dilbaca. Agar tahu dan paham perkembangan informasi terbaru,” ujarnya.
“Itu anak anak magang tiap hari saya haruskan membaca, saya siapkan perpustakaan lengkap dengan berbagai koran majalah, biar ilmunya terus maju,”ujarnya sambil menunjukkan ruang perpustakaan yang nyaman.
Ia pun rajin ikut seminar dengan berbagai macam tema. Selain itu, dia juga aktif mengikuti acara diskusi asalkan tidak berbenturan kegiatannya. “Disamping meningkatkan ilmu dan wawasan, bisa menambah teman,”akunya. Apalagi sejumlah usaha bisnis pun dikembangkannya.
Nah sisi lain yang fenomenal dari pria yang sudah lewat setengah abad usianya ini adalah hobinya bersepeda. Jangan ajak Putu Kusuma Subada adu kuat naik sepeda. Pria kelahiran 5 Oktober 1962 ini masih mampu mengayuh sepeda gayung keliling Bali selama satu minggu. Luar biasa untuk ukuran orang seusianya.
Sepeda gayung kini memang melekat erat dengan pengacara senior ini. Kemana pun pergi entah sedang kerja atau berwisata, ia selalu tak lupa membawa sepeda lipatnyadi dalam koper. “Saya pernah bersepeda di Jakarta, ban kejepit penutup selokan, ya.luka dikit,”kenang kakek satu cucu ini.
Sepeda Sejatinya bukan cinta pertamanya. Ia mengawali dengan hobi otomotif hingga masuk jajaran pengurus Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bali. Entah bagaimana, hobi mahal itu berkurang dan mulai 2002, lebih senang bersepeda hingga sekarang hingga mendirikan Klub Sepeda Bali Sementara di Jakarta, pengurus PHRI Pusat dan Denpasar ini menjadi pengurus Komite Sepeda Indonesia (KSI).
Hobi sepeda ini, dekat dengan aktivitas travelling yang disukainya. Kadang menempuh medan berbahaya seperti ketika 6 tahun lalu ia jatuh dari puncak Abah di Klungkung. Ajaibnya, ia seperti merasa tubuhnya kembali telontar ke puncak lagi. “Sempat trauma, tapi tahun berikutnya saya malah naik puncak Rinjani di Lombok,” kenangnya.
Nah untuk wisata santai, ia biasanya bersama keluarga, mengajak istri, anak dan cucu. Tujuan wisatanya juga yang sedikit risikonya seperti pantai baik di Bali, luar Bali bahkan sampai luar negeri rata-rata setahun dua kali. “Dengan mengunjungi daerah lain kita tahu adat istiadat, serta keistimewaan daerah itu. Kita jadi tahu betapa hebatnya negara kita,” ungkap Putu Kusuma.
Kini, Putu Kusuma mengaku sudah memiliki dokumentasi sejumlah daerah di Indonesia. Sebab sambil berwisata ia bisa menyalirkan hobinya di bidang fotografi. Terkadang ia gunakan drone hingga bisa memetakan kawasan tertentu dari udara. (NAN)