DENPASAR, kanalbali.id – Sekeha Jukung dan Kelompok Nelayan Se-Desa Adat Intaran dengan ratusan perahu melakukan aksi Pawai Jukung (Perahu) di sepanjang Pesisir Sanur. Pawai dimulai dari Pantai Matahari Terbit menuju Pantai Mertasari Sanur.
Kegiatan ini merupakan bentuk respon sikap dari Sekeha Jukung dan Kelompok Nelayan Se-Desa Adat Intaran terhadap rencana pembangunan Proyek Terminal LNG di Kawasan Mangrove dan Pesisir Sanur.
Bendesa Adat Intaran, I Gusti Agung Alit Kencana mengungkapkan bahwa sikap ini datang dari mereka yang memang kesehariannya beraktivitas di pesisir Sanur yakni Sekeha Jukung dan Kelompok Nelayan yang ada di Desa Adat Intaran.
“Adanya wacana yang masih tetap menggunakan pesisir Sanur sebagai lokasi pembangunan Terminal LNG pastinya membuat mereka resah terlebih pembangunan tersebut akan berpotensi merusak ekosistem laut yang ada di pesisir Sanur” tungkas Alit Kencana.
Lebih jauh Alit Kencana menjelaskan terdapat 5 Sekeha Jukung dan 7 Kelompok Nelayan yang berada di Desa Adat Intaran yang aktif beraktifitas di pesisir. Hal tersebut sudah dilakukannya secara turun temurun.
Adanya pembangunan Terminal LNG di Kawasan Mangrove dan Pesisir Sanur pasti akan sangat berdampak kepada mereka. “Jadi kami mendesak agar Gubernur Bali untuk tidak dibangunnya Terminal LNG di Kawasan Mangrove dan Pesisir Sanur” tegasnya.
Pernyataan Walhi Bali
Made Krisna Bokis Dinata Direktur WALHI Bali yang turut dalam aksi tersebut juga mengatakan rencana pembangunan Terminal LNG di Kawasan Mangrove dan Pesisir Sanur akan melakukan pengerukan alur laut akan mengancam ekosistem Pesisir Sanur. Hal ini pastinya akan sangat berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup yang ada di Pesisir Sanur.
“Sebab Terumbu Karang merupakan ekosistem yang sensitif, itu jelas pasti sangat berdampak terlebih jarak pengerukan atau alur kapal yg akan dibuat sangat dekat dengan indikatif Terumbu Karang yang ada di Pesisir, bahkan jaraknya kurang dari 500 meter, terlebih Terumbu Karang di Pesisir Sanur memiliki fungsi sebagai Barrier Reef atau pelindung pesisir dari hantaman gelombang” jelas Bokis.
Dengan adanya pengerukan ini menyebabkan kehawatiran masyarakat pesisir karena hal tersebut dapat mengancam pesisir dari abrasi, merusak terumbu karang, dan mengancam 6 Tempat Suci di kawasan Pesisir Sanur.
I Wayan Hendrawan selaku warga pesisir Desa Adat Intaran saat ditemui disela-sela aksi mengatakan aksi ini adalah bentuk menghormati para leluhur yang ada di Desa Adat Intaran. Sebab, pesisir ini sudah banyak memberikan kehidupan bagi warga di Desa Adat Intaran.
“Pesisir kami ini sudah memberikan kami kehidupan dari kecil sampai besar seperti ini. Seperti untuk menangkap ikan. Begitu juga para leluhur kita dahulu. Kami wajib menjaganya. Durhaka rasanya kalau kami diam,” imbuh Apel Hendrawan. (kanalbali/RLS)
Be the first to comment