Tukar Sampah Jadi Beras, Demi Lingkungan dan Pangan di Masa COVID-19

salah-satu warga yang akan menukarkan sampahnya _ ACH

Warga di Banjar Apuh Lodtunduh, Ubud, Gianyar, Bali tampak sibuk mengemas sampah plastik yang telah mereka simpan sejak sebulan terakhir. Mereka enggan melewatkan momen menukar sampah menjadi beras di Balebanjar Apuh Lodtunduh pada Minggu (21/5/2020).

Ketut Bontok (55) salah-satunya. Ia membawa sejumlah satu karung botol plastik. Lalu ada pula, botol kaleng serta kertas tak terpakai. Setelah dipilah dan ditimbang, perempuan yang sehari-hari bekerja di pasar itu akhirnya berhak mendapatkan beras 5kg dari 5kg sampah yang disetorkan. “Saya biasa berjualan di pasar, karena masih ada virus pendapatan dari pasar tidak seberapa. Makanya sangat bersyukur karena ini bisa dapat beras,” ujarnya.

Selain Ketut, Wayan Agus (45) juga merasakan hal sama. Bekerja sebagai buruh bangunan yang hampir semua proyek tak beroperasi ditengah pandemi, kebutuhan akan bahan pokok sangat dirasakan.”Bantuan dari pemerintah memang ada, hanya saja dengan adanya program ini dari Desa kan juga sangat membantu. Apalagi kalau saya juga masih ada tanggung jawab keluarga yang masih ada anak 2 juga,” kata Agus.

Meski hanya mampu mengumpulkan 2 kg beras dari 2 kg sampah botol plastik yang ia bawa, Agus tetap senang dengan program yang di gagas oleh desanya. Terlebih, program menukar sampah dengan beras baginya bukan hanya kepentingan cari untung, namun juga kebersihan.”Selain kita mendapatkan beras, poin lain yang kita dapatkan kan lingkungan kita jadi bersih. Makanya kalau saya pribadi berharap agar program ini bisa berjalan walaupun pandemi sudah berakhir,” terangnya.

Aksi sosial tukar sampah dengan beras di Banjar Apuh Lodtunduh, Ubud, Gianyar baru pertama kali dilakukan. Digagas oleh komunitas kedas-kedas yang bergerak dibidang kebersihan lingkungan di Apuh Lodtunduh dan bekerjasama dengan Kelian Dinas, aksi sosial bertujuan untuk meringankan beban masyarakat.

Sampah yang sudah dipilah ditimbang beratnya – ACH
“Program ini Sejatinya untuk meringankan masyarakat disaat pandemi ini. Karena kalau plastik kita hargai secara ekonomi itu hanya Rp 3 ribu sedangkan kita ganti dengan beras seharga Rp 10 ribu. Itu perkilo hitungannya dan masyarakat jadi lebih semangat,” kata Kelian Dinas Banjar Apuh, Wayan Eka Sudiarta.

Eka sapaan akrabnya mengaku bahwa dengan adanya aksi tukar sampah dengan beras, volume sampah di lingkungannya semenjak satu bulan terakhir menjadi lebih terkontrol dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. “Kita di Banjar Apuh, ada 47 KK adat, 50 KK Dinas dan semuanya hari ini menyerahkan sampahnya untuk ditukar dengan beras. Jadi sebaran sampah di masing-masing rumah itu bisa lebih terkontrol, dan masyarakat juga bisa mendapatkan dua keuntungan yakni bersih dan beras,” jelasnya.

Seluruh sampah yang sudah terkumpul akan disalurkan semuanya kepada pengepul sampah yang banyak tersebar di wilayah Ubud. Sementara untuk sampah yang tak laku, pihaknya akan langsung membuangnya ke TPA. “Kita melakukan ini juga karena mendapatkan sponsor, kita mendapatkan bantuan berupa berasa dari tiga perusahaan seperti perusahaan restoran, kerajinan yang ada di Ubud. Dari bantuan itu kita Terima sekitar 740 kg beras, hari ini habis 200 kg beras untuk masyarakat,” jelasnya.

Warga mendapatkan beras sesuai denga timbangan berat sampah – ACH
Dengan adanya aksi sosial itu, Eka berharap kepada masyarakat untuk bisa terlibat aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan buang bersih dari segala jenis sampah. Ia juga meminta kepada masyarakat untuk senantiasa memisahkan sampah organik dan non organik demi kepentingan program berikutnya.

“Kami minta masyarakat untuk memilah antara sampah plastik dan organik. Jadi setiap lima belas hari sekali rencananya kedepan kita akan ada program ini dengan menukar dengan beras. Dan sampah organiknya kita buat pupuk kompos agar bisa dimanfaatkan untuk tumbuhan disini,” tuturnya.

Ditanya apakah aksi sosial itu akan berlanjut meski pandemi COVID-19 sudah berakhir, Eka menegaskan masih akan terus melanjutkan aksinya itu namun dengan sistem yang berbeda saat ditengah wabah.”Setelah pandemi mungkin nanti akan terus berlangsung hanya saja kita tidak buatkan sistem seperti sekarang, setelah pandemi nanti akan ada buku tabungan seperti bank sampah dan berasnya boleh diambil menjelang hari Raya Galungan,” tuturnya. (ACH)

Apa Komentar Anda?