Kegiatan diawali dengan upacara penyucian sebagaimana makna utama Tumpek Wariga, yaitu hari suci untuk menghaturkan rasa syukur kepada alam dan memohon keberkahan pada kelestarian tanaman.
“Hari ini kita melakukan penyucian tumbuhan dan alam. Ini bagian dari visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, menjaga keharmonisan lingkungan sebagai sumber kehidupan,” ujar Sutjidra.
Pemilihan DAS Banyumala sebagai lokasi kegiatan, disampaikan Bupati Sutjidra memiliki makna penting. Selain menjadi sumber mata air yang mengalir sepanjang tahun, kawasan ini juga sering digunakan masyarakat untuk melukat atau penyucian diri. Nilai ekologis dan spiritual tersebut menjadi dasar pemerintah daerah menekankan upaya pelestarian yang berkelanjutan.
“Daerah aliran sungai Banyumala ini harus kita jaga bersama. Ini satu-satunya sungai di wilayah ini yang tetap memiliki aliran air sepanjang tahun, dan tempat ini sangat disucikan oleh masyarakat,” tegasnya.
Dalam kegiatan tersebut, dilakukan penanaman sekitar 200 pohon di bantaran sungai. Selain itu, eco enzyme dituangkan ke aliran sungai sebagai langkah pemulihan kualitas tanah dan air.
“Kita mulai dari Banyuasri. Nanti di hulu ada Desa Adat Banjar Tegal, dan seterusnya. Kita jaga dari hulu ke hilir,” jelas Sutjidra.
Ia menambahkan bahwa Balai Wilayah Sungai (BWS) telah menyiapkan rencana penataan kawasan untuk mendukung ketahanan sumber air, termasuk bagi pertanian terpadu di Banyuasri.
“Khususnya sekarang di momentum tumpek wariga atau tumpek pengatag ini kita mensucikan tanaman sehingga nanti tidak ditebang atau dirusak. Ini maknanya kita bergotong royong sekarang di daerah aliran sungai. Besok akan kita lanjutkan serentak di semua desa kita libatkan” ungkapnya. ( kanalbali/ RLS )


