Hati-Hati Hoaks Bisa Memundurkan Cara Berpikir Masyarakat

ilustrasi - pixabay

PERKEMBANGAN  dunia digital semakin hari semakin tak terbendung dan menuntut kecerdasan atau literasi digital untuk memaksimalkan pemanfaatannya juga meminimalisir kejahatan online yang kerap terjadi yang menjadi dampaknya.

Banyaknya manfaat positif dan ekses dampak negative ini juga dirasakan semua penggunanya. Untuk itu masyarakat wajib cakap digital agar bisa melawan dam meminimalisir segala dampak negatif dan bisa lebih meksimal memanfaatkannya.

Hal ini yang dibicarakan dalam Webinar Literasi Digital wilayah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada Senin 5 Juli 2021. Dalam Webinar ini hadir sebagai pembicara yaitu Robby Wahyu, Security consultant MAXPLUS, Rendy Doroii, COO Mediaologi Digital, M Wildab l.M. Pd Ketua KPU Sumbawa, Sahyuddib, MA, TESOL, Kepala Sekolah SMAN 2 Sumbawa dan Key Opinion Leader.

Dampak masuknya sisi negatif juga yang menjadi bahasan Wildan, Ketua KPU Sumbawa. Menurutnya salah satu yang paling banyak kita temui dari dampak negated pesatnya perkembangan dunia digital adalah berita hoaks.

Menurut Wildan, hoaks adalah informasi palsu yang diplintir atau direkayasa untuk tujuan lelucon hingga serius seperti persioalan politis. “Hoaks sendiri secara arti bahasanya adalah lelucon, cerita bohong, kenakalan, olokan, membohongi, menipu juga memperdaya.” Jelas Wildan.

Lebih lanjut dikatakannya adan banyak jenis berita hoaks, di antaranya berita bohong yang bertujuan untuk memasukkan ketidakbenaran. Tautan jebakan juga merupakan jenis berita hoax biasanya judulnya bombastis atau berlebihan sehingga kita tertarik untuk memperhatikannya.

“Jenis lain seperti bias konfirmasi atau menginterpretasi kejadian yang terjadi sebagai bukti dari kepercayaan yang sudah ada. Serta bisa juga dengan misinformasi yaitu informasi yang salah untuk niat menipu. Selain itu ada satire dan propaganda,” bebernya.

Lebih jauh, kata Wildan, banyak dampak dari beredarnya hoax ini yaitu bisa merugikan masyarajat karena berita itu tak benar alias bohong. “Hoax juga bisa memecah belah publik dan mempengaruhi opisi publik untuk mendiskreditkan opini publik. Selain itu hoax juga bisa membuat heboh masyarakat sehingga muncul ketakutan.”

Yang juga harus diwaspadai juga bahwa hoax sangat berbahaya karena bisa memundurkan cara berpikir masyarakat. “Dengan hoaks, bisa membuat masyarakt jadi tidak percaya kepada pemerintah dan juga tidak percaya kepada pemimpin. Banyak perkelahian antar suku antar kampung akibat beredarnya hoax,” terangnya.

Sementara itu, selain sisi negatif, pembicara lain memilih juga untuk membahas dampak positif dunia digital adalah bisa mengeksplorasi kreativitas. Hal itu dikatakan oleh pembicara lain, Rendy Doroii. Dikatakannya salah sagtu platform digital yang paling ramai adalah Instagram.

Dikatakannya Instagram yang dibuat para Oktober 2010 itu bertujuan untuk memanjakan visual penggunanya dengan warna-warnai didalamnya. “Mata manusia tertarik dengan warna karenanya Instagram dibuat dengan warna-warna menarik,” jelasnya.

Ia juga mengatakan hasil sebuah studi Pantone Color tahun 2018 terhadap 75 akun influencer degan masing-masing memiliki minimal 50 ribu follower didapat ada empat warna yang menjadi kesukaan mata manusia.  Yaitu biru tosca (ocean depth), warna kekuning emasam (harvest gold), biru langit (ethereal blue) dan pink soft (rose dawn)

“Dari penelitian itu bisa disimpulkan pada dasarnya kuncinya adalah warna bright atau terang adalah salah satu jenis konten dengan engagement tinggi. Follower akan berhenti pada konten yang menarik mata eye catchy, saat scroll maka akan berhenti pada warna itu dan bisa menghasilkan like,” bebernya.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.