Pahami Etika Bergaul di Internet

pixabay by Pexels

AGAMA tidak melarang suatu perbuatan kalau perbuatan itu tidak merusak jiwa. Selain itu, agama tidak menyuruh kalau suruhan itu tidak membawa selamat dalam dan bahagia. Kalimat bijak itu diungkapkan Tokoh Nasional Buya Hamka terkait toleransi antar manusia yang harus dijunjung tinggi.

Menurut Lalu Parhanuddin, M.Pd, DR. Direktur Nusa Tenggara Institute Universitas Hamzan Wadi Pancor, Lotim dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Jumat 12 November 2021, siapapun yang memuji agamanya sendiri dengan meremehkan agama lainnya hanya akan merendahkan martabat agamanya sendiri.

“Sebab kerukunan antar umat beragama atau kepercayaan patut dihargai dan hendaknya kita mau mendengar dan memahami nilai-nilai kebenaran dari agama lainnya,” ujar Lalu dalam Webinar yang dipandu oleh Eddie Bingky ini.

Lebih lanjut dikatakannya untuk mencegah konten-konten negatif yang berupaya membenturkan antar umat beragama sebaiknya kita meningkatkan literasi ilmu agama dengan baik. Selain itu kita juga harus mempelajari aliran pemikiran dan kepercayaan dalam agama dan mengerti bagaimana etika bergaul sesama umat beragama.

Langkah untuk mencegah konten-konten negatif di dunia maya ini juga dibahas oleh pembicara lainnya, Wicha Riska yang menjadi Key Opinion Leader.

Dikatakan Wicha, untuk memberantas konten negatif semua pengguna medsos harus bijak beraktivitas di ruang digital, terutama di kolom komentar yang kerap dibanjiri komen kebencian, penghinaan dan komentar negatif lainnya.

Hindari Lost Communication dalam Berbahasa di Medsos

Media sosial adalah media yang digunakan oleh kita untuk bisa merubah, berpartisipasi, berinteraksi dan menciptakan konten isi media sosial yang tidak dibatasi ruang dan waktu

“Tapi kadang orang sering menyepelekan atau lupa etika ketika menggunakan sosmed. Contohnya semakin banyak aplikasi di internet diikuti pula dengan dampak positif dan negatif

Dampak negatif yang kita rasakan saat ini adalah Indonesia dikenal sebagai negara yang netizennya paling tidak sopan di seluruh dunia. Hal ini karena masyarakat kita itu kurang teredukasi oleh literasi digital. Untuk itu kita harus mengupgrade diri kita di dunia digital dengan bijak berinternet.

Kita juga harus selalu ingat tentang etika dalam berkomentar agar membantu untuk berpikir sebelum memutuskan menuliskan sesuatu di medsos.”Ingat konsep beretika di internet THINK yaitu True, Helpful, Inspiring, Necessary dan Kind,” jelasnya.

Selain Wischa dan Lalu juga hadir pembicara lain yaitu Descha Muchtar, Founder Indopinups & CSE Edukator, Gebryn Benjamin, Lead Creative Strategi Frente Indonesia.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (kanalbali/RLS)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.