
SEMAKIN banyaknya inovasi fitur baru seperti layanan Pay Later di aplikasi e-commerce khususnya market place semakin memudahkan orang untuk berbelanja meskipun sedang tidak punya uang.
Layanan yang juga dikenal dengan istilah “beli dulu bayar nanti” ini memang banyak dilirik orang. Apalagi di tengah semakin banyaknya pengguna layanan belanja di market place semisal shopee, gojek atau traveloka.
Menurut Yulia Dian, Social Media Specialist dan Content Creator dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Rabu 17 November 2021, Pay Later terbilang lebih aman daripada pinjaman online atau (Pinjol) ilegal.
“Jika Pay Later tenornya ditentukan oleh aplikasi market place yang merupakan perusahaan terpercaya dan legal serta bunganya lebih terstruktur,” ujar Yulia Dian dalam webinar yang dipandu oleh Jhoni Chandra ini.
Di samping itu cicilan pay later tidak diikuti dengan teror bahkan intimidasi seperti halnya pinjol ilegal yang kerap kita dengar selama ini.
“Sejauh ini tidak ada intimidasi dan Pay Later dianggap lebih aman dan masih punya sopan santun untuk menagih ke kita,” imbuh Dian.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa Pay Later adalah layanan pinjam dana dari marketplace kepada penggunanya untuk membeli suatu barang atau jasa. Singkatnya adalah marketplace yang bersangkutan akan menalangi dulu pembayaran barang atau jasa yang dibeli oleh pengguna.
Setelah terpakai, baru pengguna membayar kembali dana yang dipinjam dengan tambahan bunga sesuai perjanjian. Pembayarannya bisa langsung maupun cicil dengan jangka waktu tertentu. Berbagai pilihan pay later yang tengah banyak ditawarkan misalnya shopee pay later, Traveloka pay later, go-pay, indo dana, kredivo, akulaku kredit dan BRI Ceria. Ditambahkan juga oleh Dian kalau pembayaran kita di shopee lancar misalnya maka kredit akan ditambahkan.
Harus Siap, Ini Tantangan Pola Kerja Gig Economy di Industri Digital
Peralatan Praktik Teknik Transmisi Telekomunikasi SMK Penerbangan Cakra Nusantara Semakin Lengkap
“Tapi kalau kita tidak lancar maka pihak market place akan menurunkan limit pinjaman,” jelasnya.
Untuk suku bunga pay later berkisar 2,5 persen yang nota bene adalah di bawah pinjol tapi masih di atas kartu kredit. “Untuk meringankan diri kita juga upayakan untuk tertib membayar cicilan di akhir bulan sebab ketika tidak bisa membayar di akhir bulan maka semakin lama tidak membayar denda semakin besar,” terang Dian lagi.
Jika dibanding kartu kredit, Pat Later berbeda sedikit dengan kartu kredit. Perbedaan yang pertama adalah pengajuannya mudah lebih jelas karena pengajuan pay later menggunakan software sementara kartu kredit membutuhkan pengajuan offline.
Sementara itu suku bunga pay later lebih tinggi dibandingkan kartu kredit yang maksimalnya 3% perbulan dan pay later maksimal hingga 5% per bulan. Sedangkan limit pinjaman sesuai dengan yang dibutuhkan aplikasi medianya beda dengan kartu kredit yang sesuai dengan pendapatan kita.
“Jika kartu kredit banyak yang ditolak aplikasinya karena mereka ngecek-ngecek dulu yang dilakukan oleh pihak perbankan yang berhubungan,” jelasnya lagi.
Sedangkan tenor pay later biasanya 1 sampai 9 bulan sementara kartu kredit tidak terbatas. Dan dari sisi keamanan, keduanya sama-sama terbilang aman karena diawasi oleh OJK serta menggunakan PIN dan juga OTP.
Selain Yulia Dian, pembicara lain yang juga hadir adalah Tiara Maharani, Writer-Correspondent Indonesia, Dr.Mohammad Zacky, M.Pd, Dosen IAI Qomarul Huda Lombok Tengah, Wicha Riska sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (kanalbali/RLS)
Be the first to comment