
MENYIKAPI semakin tingginya penggunaan media sosial di kalangan remaja dan anak anak, para orang tua harus lebih keras lagi dalam mendidik anak untuk berinternet dengan aman
Menurut Gabrilianty Nastiti Ayuningtyas, Spv Accounting Analyst dalam Webinar Literasi Digital yang digelar oleh Kemkominfo dan Siberkreasi di wilayah Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jumat 19 November 2021, peran orang tua sangat menentukan di era digital ini.
“Sebab keluarga adalah tempat pertama memperoleh pendidikan. Orang tualah yang memiliki kesempatan besar untuk melakukan edukasi cara online aman,” kata Gabrilianty dalam webinar yang dipandu oleh Tony Thamrin ini.
Dikatakannya juga bahwa orang tua juga harus mengajari anak kita untuk mengatur privasi dan tanamkan pemahaman bahwa apa yang kita posting tidak akan hilang.
“Orang tua harus memahami media sosial anak dan pahami kebijakan usia jejaring. Kalau di Instagram itu 13 tahun keatas seharusnya,” imbuhnya.
Selain itu orang tua juga harus mengawasi kegiatan online anak semisal mengetahui dengan siapa saja dia bersosialisasi. Perlu tahu juga kegiatan apa yang dilakukan anak-anak kita saat online.
Juga penting adalah untuk mengajari cara menghadapi cyber bullying. Beberapa cara menghadapi cyber bullying bisa kita ajarkan kepada anak yaitu tidak menanggapi atau tidak membalasnya dan sebaiknya memblokir orang yang mem-bully anak-anak kita. Agar anak merasa nyaman saat kita menasehatinya dengan memberikan batasan, usahakan untuk memperlakukannya sebagai teman.
“Ini cara yang paling ampuh meski tidak secara langsung tetapi ini bisa memudahkan kita untuk mengetahui tentang kehidupan anak kita saat bermain internet. Anak akan lebih leluasa jika kita bersikap sebagai temannya,” beber Gaby.
Kebebasan Bereskpresi Tidak Berisi Ajakan Permusuhan, Kebencian atau Kekerasan,
Anak juga harus diajari cara menghadapi para pembully dengan tidak perlu dihiraukan. Bisa juga dengan menanggapinya lewat kata-kata yang menyejukkan. Karena yang namanya membully semakin kita balas dengan kalimat-kalimat yang menohok atau dibalik mereka akan semakin senang karena mereka akan menemukan lebih banyak celah untuk membully kita dab mereka akan senang kalau kita menanggapi bulian mereka.
Juga jangan masukkan dalam hati karena mereka melakukan itu karena iri kepada kita. “Jadi jangan sampai teman-teman memasukkan kata-kata mereka di dalam hati jika sampai membuat teman-teman terlalu berfikir lalu jatuh sakit otomatis pembulinya akan makin senang,” tegasnya.
Nah jika mereka masih mengatakan kata-kata bully setelah kita blokir maka kita bisa melaporkan pada pihak berwajib untuk memberikan efek jera kepada si pem-bully.
Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Astried Kirana, Managing Director, M Taufan A.Zaen, S.T, M.T, Wakil Ketua I STMIK Lombok, Ichsan Colly sebagai Key Opinion Leader.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (kanalbali/RLS)
Be the first to comment