LAHIR dan besar di tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat generasi alpha diprediksi menjadi generasi yang sangat melek digital. Generasi alpha sendiri merupakan mereka yang lahir di tahun 2010 ke atas hingga 2025. Usia tertua generasi alpha saat ini adalah mereka yang berusia 12 tahun atau usia hampir sekolah menengah pertama.
Dikatakan oleh Nico Oliver, pegiat dunia digital sekaligus konten kreator, generasi alpha madalah generasi masa depan Bangsa yang akan memimpin Indonesia, serta sangat akrab dengan dunia digital.
Berbicara dalam agenda webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Halmahera Selatan, Maluku Utara, Rabu (22/9/2021), Nico mengatakan ada beberapa katakteristik menonjol dari generasi alpha. Karakteristik itu di antaranya:
- Akrab dan paham teknologi
- Kecerdasan artifisial menjadi realitas mereka
- Pembelajaran sangat personal
- Media sosial menjadi mode interaksi sosial
- Tidak dapat diprediksi
- Hidup saat ini
- Berpikiran terbuka
- Peduli dengan lingkungan dan sosial
- Kritis terhadap informasi
- Tidak suka mengikuti aturan
- Dan pribadi yang kreatif
“Mereka tidak terbiasa mengikuti aturan. Mereka akan menjadi lebih fleksibel. Kalau terpaku rutinitas, akan merasa tak nyaman. Generasi alpha juga individu yang kreatif karena lebih banyak terpapar informasi di dunia digital,” tambah Nico Oliver.
Untuk itu, lanjutnya, orangtua dan tenaga pengajar yang lahir dari generasi berbeda, perlu memahami karakteristik para generasi alpha saat ini.
Apalagi sudah menjadi tugas orangtua dan tenaga pendidik untuk mencerdaskan dan mempersiapkan generasi alpha sebagai calon pemimpin selanjutnya.
Meski begitu, Nico tak menampik adanya tantangan bagi tenaga pengajar seperti guru dalam mendidik para generasi alpha. Salah satunya adalah keharusan mereka untuk beradaptasi dengan kondisi.
“Sebagai pendidik, harus paham apa yang kita butuhkan, murid butuhkan dan orangtua butuhkan. Karena itulah ketiganya harus bekerjasama berkesinambungan.”
Dijelaskan, setidaknya ada tiga metode pembelajaran yang paling diminati generasi alpha.
Tiga metode itu adalah dekat dengan teknologi seperti berbasis digital dan mengandalkan internet; memiliki visual menarik seperti mengajar dengan menggunakan foto atau video atau desain menarik; serta interaktif.
“Anak generasi alpha menyukai interaksi. Guru dituntut memiliki kemampuan komunikasi yang menarik, eksperimental, penuh permainan dan dua arah,” lanjut Nico Oliver.
Tak kalah penting, ia juga menekankan bahwa generasi alpha akan lebih banyak terpapar bahasa asing seperti bahasa Inggris. Itu juga yang membuat tenaga pengajar mesti memiliki kemampuan bahasa asing yang memadai.
“Kemampuan bahas asing perlu karena informasi yang dibutuhkan anak seperti pelajaran dan artikel, biasanya lebih banyak tersedia dalam bahasa asing. Akhirnya kemampuan menerjemahkan dan pemahaman bahasa asing sangat dibutuhkan,” pungkas Nico Oliver.
Selain Nico Oliver, hadir juga dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Halmahera Selatan, Maluku Utara, Rabu (22/9/2021) yaitu social media specialist sekaligus konten kreator Yulia Dian, apoteker dan praktisi kesehatan Krisna Dwi Payana dan KOL Marizka Juwita.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (kanalbali/RLS)
Be the first to comment