
DENPASAR, Kanalbali – Direktur Eksekutif Institut for Peace and Democracy (IPD) I Ketut Putra Erawan turut menyoroti posisi Gusti Ayu Bintang Darmawati alias Bintang Puspayoga sebagai menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). Menurut Erawan, isu perempuan dan anak merupakan isu yang sangat komprehensif yang manyangkut banyak aspek.
“Isu mengenai perempuan dan anak, adalah isu yang komprehensif. Isu tersebut bisa berkaitan dengan masa depan, juga bisa bicara hirarki dalam keluarga, dan tentang hak asasi. Semua hal, yang menurut saya ini sebuah kesempatan untuk mengoreksi konsep demokrasi yang tadinya hanya bermakna formal menjadi lebih substantif,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (24/10).
Erawan berujar, tugas dan agenda yang harus dibawa oleh Bintang Puspayoga Di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak terbilang berat jika dibandingkan dengan kementerian lainnya. Bahkan secara spesifik dirinya menilai lebih berat dari kementerian pariwisata.
“Kalau isunya tentang perempuan dan anak, maka ada standar yang harus kita biacarakan. Contohnya, standar kemiskinan, standar keadilan dan standar hak asasi manusia. Dan kalau mau memenuhi standar tersebut, ukurannya jelas yakni seberapa mampu pemerintah lewat kementerian PPPA bisa memberlakukan perempuan dan anak dengan baik,” jelas Ketua Program Pascasarjana Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2005- 2009).
Pria yang juga menjadi dosen Ilmu Politik Universitas Udayana, menyampaikan harapan besarnya kepada Bintang Puspayoga yang terpilih sebagai menteri perempuan pertama dari Bali. Dirinya berharap, Bintang Puspayoga mampu mentransformasi lembaga Kementerian PPPA menjadi lembaga yang benar-benar melayani ibu dan anak dalam konsep pondasi keluarga dan masa depan.
Pilih Teman yang Tidak Julid di Medsos
“Selain itu, tentu dia (Bintang Puspayoga) harus mampu mengkoreksi asumsi yang mengatakan bahwa isu keluarga dan anak itu tidak penting. padahal segala hal tentang kesehatan, pendidikan, kemudian pekerjaan dan segala macam, bermula dari apakah perempuan dalam hal ini seorang ibu bisa menjadi suku guru keluarga yang kuat atau tidak,” Paparnya.
Erawan juga menyampaikan, tantangan yang harus dihadapi Bintang Puspayoga bukan hanya di lembaga kementerian. Namun, juga ada di imajinasi masyarakat tentang perempuan Bali. “Perempuan Bali kan selama ini sangat dipuji kemampuannya. Mereka dikenal sebagai perempuan yang pekerja keras, daya tahan kuat dan segala macam. Jadi bagi dia ini adalah sebuah ujian, apakah dia bisa merepresentasikan imajinasi tentang perempuan Bali yang pekerja keras, menghandle keluarga, padahal kulturnya sangat patriarki,” imbuhnya.(KR 11)