
DENPASAR, kanalbali.id – Menteri Fadli Zon mengatakan, pihaknya telah meminta polisi memburu benda-benda purbakala yang dijarah massa saat kerusuhan.
“Nanti kita bantu untuk segera menormalisasi museum tersebut. (Untuk pengembalian benda sejarah) sudah (ada pengembalian), dari Balai Pelestarian Kebudayaan di Jawa Timur,” kata dia, saat menghadiri acara kebudayaan “Chandi 2025″ di The Meru Sanur, Denpasar, Bali, pada Rabu (3/9).
” Ada juga yang sudah berhasil dipulihkan itu ada beberapa artefak itu tablet. Prasasti tablet itu kan termasuk yang langka. Itu kan sebenarnya kekayaan bangsa kita,” ungkapnya.
Sementara, untuk total nilai benda sejarah yang dijarah tentu tidak ada nilainya karena benda-benda itu tidak diperjualbelikan.
“Belum tahu (nilainya) itu tidak ternilai lah. Nggak ada yang jual. Saya kira kita menghormati segala bentuk pernyataan sikap, pernyataan pendapat dan itu juga dijamin oleh konstitusi. Tapi jangan merusak fasilitas publik apalagi merusak aset-aset budaya kita, aset-aset peradaban kita,” ujarnya.
Sementara, pihaknya tidak mengimbau museum-museum agar tutup sementara. Ia meminta agar museum tetap buka dan berjalan bagaimana semestinya.
“Enggaklah kita harus normal. Jangan menganggu ekonomi kita, jangan menganggu pariwisata kita, karena itu akan merugikan banyak orang. Kita sudah menghimbau dan jaga dan segera memperbaiki,” ujarnya.
Sebelumnya, aksi anarkis yang melanda kompleks kantor Pemerintah Kabupaten Kediri, Sabtu (30/8) malam, berbuntut panjang.
Massa tidak hanya merusak fasilitas umum, tetapi juga menyasar Museum Bagawanta Bhari. Museum yang selama ini menyimpan benda-benda peninggalan budaya akhirnya menjadi korban amuk massa.
Menurut Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, kaca-kaca museum pecah dan sejumlah koleksi bersejarah hilang. Pendiri Balai Konservasi Artefak Desa (Bakonardes), Dani Satria, mengecam aksi penjarahan museum tersebut. Ia menegaskan artefak yang dijarah harus segera dikembalikan.
“Artefak ini sangat bernilai bagi generasi di masa depan. Tolong kembalikan artefak, jaga warisan leluhur kita,” kata Pendiri Balai Konservasi Artefak Desa (Bakonardes), Dani Satria, pada Senin (1/9). (kanalbali/KAD )