
>DENPASAR, Kanalbali.id – Kapurung sebagai salah satu kuliner khas tradisional Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat di daerah Luwu.
Menu makanan ini terbuat dari sari atau tepung sagu, yang lebih dikenal sebagai papeda di daerah Maluku.
Dalam penyajiannya, Kapurung dimasak dengan campuran kuah ikan, aneka sayuran seperti jantung pisang, bayam, kangkung pisang, jagung manis, kecombrang, dan tersaji dengan tambahan udang.
Menjadi menu makanan yang unik, langka, dan tergolong baru di Bali, Kapurung yang disajikan oleh Kedai Sulawesi selalu ludes diserbu oleh masyarakat Pulau Dewata.
Bali International Fashion Festival 2022 Tandai Grand Opening Lenny Hartono Jewelry & Lifestyle.
“Orang Bali banyak yang suka kapurung ini, dalam sehari bisa habis sampai 30 porsi per hari,” kata Andi Sitty Bulqish selaku owner dari Kedai Sulawesi, Selasa, (1/11/2022).
Menurut penuturannya, dari segi rasa, Kapurung agak asam, ada aroma amis dari ikan, dan tekstur kenyal-kenyal dari sagunya. “Masyarakat Bali mungkin masih aneh dengan rasa dari sagu, cuma bagi pecinta makanan yang ada ikan dan penuh rempah, ini bisa jadi pilihan makanan yang tepat,” sebutnya.
Bulqish selama merantau di Bali dari tahun 2014 sampai 2019 menuturkan tidak menemukan rumah makan yang menyajikan makanan khas Sulawesi. Sehingga ia memutuskan untuk membangun bisnis kuliner pada Maret 2019.
“Jujur kami sebagai perantau rindu makanan dari kampung halaman, jadi melanggan kami juga hampir 80 persennya perantau yang tinggal di Bali,” tuturnya.
Selain Kapurung, Kedai yang berlokasi di Jalan Pura Demak, Denpasar tersebut juga menyajikan menu khas lainnya. Seperti bubur manado, sup ubi, aneka minuman, dan juga cemilan khas daerah Sulawesi. Tak tanggung-tanggung, omzet yang diperoleh selama 4 tahun membuka usaha mencapai Rp2 – Rp6 juta per hari tergantung menu yang sedang disajikan.
Meski terbilang baru berdiri, Kedai ini mampu menyajikan 58 menu mewakili 6 Provinsi di Sulawesi. Namun menu makanan ini disajikan secara terjadwal, atau bergiliran.
Akibat banyaknya menu yang tersaji, ia mengaku sempat kesulitan untuk mendapatkan bahan baku karena tidak semua bisa ditemui di Bali. Sehingga beberapa menu di Kedai Sulawesi ini 80 persen bahannya didatangkan langsung dari Sulawesi.
“Ini dapat menjadi salah satu opsi untuk perantau mencoba dan melepas rindu makanan khas Sulawesi,” imbuhnya. (Kanalbali/LSU)
Be the first to comment