DENPASAR, kanalbali id – Fisioterapi, tindakan rehabilitasi untuk menghindari atau meminimalkan keterbatasan fisik akibat cedera atau penyakit kini layanannya sudah ada di puskesmas-puskesmas, bahkan hingga wilayah pelosok di Indonesia.
Pramono Dwi Putro, Ftr, MM., Ketua Umum Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) menyampaikannya dalam keterangan pers Asian Western Pasific (AWP) Congress 2024 yang digelar pada 26-28 September 2024 di Denpasar-Bali.
“Sejalan dengan program dari Kementerian Kesehatan RI, saat ini fisioterapi sudah menjadi first contact dalam penanganan kesehatan. Tenaga fisioterapis juga telah tersebar di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Fisioterapi, imbuh Pramono, punya peran promotif dan preventif. Dan ini telah dilaksanakan dengan baik oleh rekan-rekan fisoterapis di Indonesia.
Pramono menambahkan, AWP Congress 2024 adalah Kongres Regional World Physiotherapy Asia Western Pacific yang diadakan bersama dengan TITAFI XXXVII. Tema kongres ini adalah “Collaboration and Transformation Towards Sustainable Physiotherapy Practice”.
“Acara ini mencakup berbagai kegiatan seperti lokakarya, diskusi panel, simposium terfokus, presentasi lisan dan poster, serta pameran yang diharapkan sebagai ajang untuk saling berkolaborasi dan belajar satu sama lain,” jelasnya.
Kesempatan untuk belajar tersebut, kata Pramono, sangat penting bagi fisioterapis Indonesia untuk meningkatkan kompetensi mereka baik di kancah nasional maupun internasional.
“Inilah Indonesia, ke kancah internasional. Kita adalah tenaga kesehatan yang sama. Melalui kongres ini kita akan bertukar informasi, pengalaman dan ilmu yang tentu akan menunjang profesi fisioterapis,” sebut Pramono.
Michel Landry, Presiden World Physioteraphy atau organisasi fisioterapi dunia mengatakan bahwa kongres ini akan diisi dengan berbagai kegiatan seperti pidato utama oleh para pemimpin dunia fisioterapi, diskusi panel, lokakarya, presentasi penelitian, dan sesi jaringan.
“Peserta juga akan memiliki kesempatan untuk berbagi pengetahuan, bertukar pandangan tentang tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dan dampaknya pada profesi fisioterapi, serta membangun kerjasama baru,” kata dia.
Tambah Landry, saat ini di seluruh dunia terdapat sebanyak 2,2 juta fisioterapis. Sebanyak 10 persen setiap tahunnya merupakan lulusan universitas.
“Sebagian besar fisoterapis di seluruh dunia sekarang bergelar sarjana, dan kami terus mendorong agar di masa mendatang para fisioterapis bergelar master. Ini dikarenakan profesi fisioterapis mempunyai potensi dan prosprk yang bagus. Pembukaan program pendidikan fisoterapi di universitas-universitas menunjukkan perkembangan yang bagus,” tutupnya. ***KanalBali/AGW


