
DALAM RANGKA ULTAH ke 29 Komunitas Seni Galang Kangin (KSGK), akan digelar pameran senirupa di Neka Art Museum, Ubud. Perhelatan diselenggarakan pada Tgl. 18 April 2025 hingga 18 Mei 2025.
Menurut ketua KSGK, perupa Galung Wiratmaja, karya rupa yang digelar sejumlah 36 dari 12 anggota Galang Kangin dan 3 perupa Undangan.
Thema pameran ini adalah ; “Metastomata, Metamorfosis Manifesto Galang Kangin” . Selaku Kurator pameran adalah Hartanto dari Balimangsi Foundation dan Co curator Benito Lopulalan.
Pameran senirupa ini berlangsung bertepatan dengan bulan kelahiran maestro seni rupa Arie Smit (15 April 1916 – 23 Maret 2016), tokoh yang memberi warna penting dalam perkembangan seni rupa di Bali.
Melalui perannya dalam mendorong kreativitas anak-anak di Penestanan tanpa doktrin, ia memicu lahirnya gaya Young Artist—mazhab yang menekankan kebebasan ekspresi dan spontanitas.
BACA JUGA: Fotografer Senior Rio Helmi Gelar Pameran “Taksu Tak Terduga”
“Sepertinya, spirit inilah yang menginspirasi Galang Kangin dalam membangun ruang seni yang merdeka, mandiri, setara, dan jujur terhadap proses”, tutur Dr. Pande Made K. Suteja, Direktur Neka Art Museum (NAM) .
Terinspirasi dari karya Mazhab Young artist Arie Smit, KSGK berusaha merevitalisasi Manifesto nya yang dideklarasikan pada 21 Juni 2002. Melalui diskusi panjang antara KSGK, Neka Art Museum Ubud, dan Kurator dan Co Kurator – munculah gagasan thema pameran seperti diatas.
Selain itu, Co Kurator Benito juga medesain workshop dan questioner oleh co-kurator bagi para perupa yang berpartisipasi. “ini untuk memperdalam pemahaman peserta pameran mengenai makna “meta”, baik secara pribadi maupun kolektif—menyeimbangkan logika dengan imajinasi liar demi mendukung penciptaan karya-karya inovatif bertema Meta Stomata” tandas Benito.

Menurut Ketua KSGK Galung Wiratmaja, pemahaman tentang Stomata adalah dinamika yang melampaui batas, serta enyatu dengan semesta Kreativitas.
Seni, tambah Galung, adalah jendela menuju jiwa manusia, dan dalam dunia tanpa batas ini, Metastomata menjadi simbol keberanian untuk melampaui keterbatasan yang mengikat. Galang Kangin.
Pahami HAKI sebagai Pelindung Karya
Sebagai komunitas seni yang penuh semangat, telah menjadikan filosofi ini sebagai denyut nadi kreatifitasnya—sebuah panggilan untuk terus menjelajahi, memahami, dan menciptakan tanpa henti.
Jadi, tambah curator Hartanto, Metastomata sendiri berbicara tentang perubahan dan transformasi, tentang melampaui apa yang terlihat di permukaan. Dalam konteks seni, ini berarti menjelajahi konsep-konsep baru, memadukan berbagai medium, dan mendorong batas-batas tradisional untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar unik dan bermakna.
“Di Galang Kangin nantinya, Metastomata : Metamorphosis Manifesto Galang Kangin tidak hanya menjadi ide, tetapi sebuah cara hidup Pemahaman mendalam tentang proses kreatif. Setiap seniman yang tergabung di komunitas ini didorong untuk berpikir melampaui konvensi, menciptakan karya yang mencerminkan jati diri mereka yang sebenarnya”, Hartanto menjelaskan
Pewacanaan ini, bisa dipadankan dengan perjalanan kreatif atau ‘nafas eksistensi’ kelompok Galang Kangin selama ini, (dan diharap) hingga ke depannya. Konsep Metastomata, juga berpijak dari esensi Manifesto GK serta ‘bacaan’ pada beberapa karya perupa GK yang konsen pada alam.
Yang menurut interpretasi kami berkait erat dengan refleksi atas suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan simbiose mutualistik (imbal balik) antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Beranjak dari sini (metamorphosis manivesto GK), kita semua berharap pada perjalanan kreatifitas GK berikutnya — terhimpun ‘produk2 pemikiran’ yang mengimbangi estetika karya-karya para anggota Galang Kangin – dengan tujuan, berkembang senantiasa seperti proses metamorphosis, menuju mazhab yang kita harapkan bersama.
Intisari dari pewacanaan Metastomata adalah, Stomata. Ini adalah pori-pori kecil pada permukaan daun yang berfungsi untuk mengatur pertukaran gas dan penguapan air yang berlebihan. Stomata biasanya ditemukan di bagian bawah daun – terdiri dari dua sel penjaga yang mengelilingi celah kecil. Fungsi utama stomata adalah:
Pertukaran Gas, yakni mengambil karbon dioksida (CO2) dari udara untuk fotosintesis dan melepaskan oksigen (O2) sebagai produk sampingan. Selain itu, Transpirasi – yakni mengatur penguapan air dari daun, yang membantu dalam penyerapan air dan nutrisi dari tanah melalui akar.
Selanjutnya, adalah Pengaturan Suhu – ini membantu mengatur suhu daun dengan mengeluarkan uap air, yang mendinginkan daun. Stomata, hanyalah lubang kecil yang mampu menyangga kehidupan tumbuhan, yang besar sekalipun.
“Sepertinya, spirit inilah yang menginspirasi Galang Kangin dalam membangun ruang seni yang merdeka, mandiri, setara, dan jujur terhadap proses”, Dr. Pande Made K. Suteja, menjelaskan .
Menurut kurator Hartanto, untuk melahirkan mazhab banyak hal yang mesti di kerjakan oleh KSGK – dan manifesto yang di deklarasikan tahun 2002, merupakan langkah awal GK yang tepat. Tentu kita semua berharap, ke depan – mazhab GK menjadi
Kini, imbuh Dr. Pande Made K. Suteja, dengan kedewasaan usia – Galang Kangin berada pada simpul penting. Masa Grahasta Asrama bukan hanya fase produktif, tetapi juga peluang untuk melahirkan generasi seniman baru .
Apabila fase ini dilewati tanpa kesadaran kreatif, maka yang tersisa hanyalah kontemplasi pasif di tahap hidup berikutnya yang lebih tinggi lepas dari duniawi , yakni Wanaprastha dan Biksuka. ( kanalbali/IST )
Be the first to comment