Soroti Krisis Air di Bali, Kolaborasi NGO dan Komunitas Gelar Festival “Apa Kabar Kita?”

DENPASAR, kanalbali.com –  Merespon krisis air dan berbagai persoalan lingkungan yang kian mengkhawatirkan Bali sebagai salah satu pulau kecil, kolaborasi beberapa NGO dan komunitas akan kembali menghadirkan inisiatif “Apa Kabar Kita”. Tahun 2024 ini, inisiatif ini hadir dengan judul “Apa Kabar Kita (2): Festival Air Bali”.

Tema krisis air dan lingkungan menjadi tema fokus dalam seluruh rangkaian acara yang akan digelar pada Selasa, 30 Juli 2024, di Taman Inspirasi Muntig Siokan, Desa Adat Intaran, Sanur Kauh, Denpasar Selatan.

Acara yang didesain sebagai sebuah festival ini diharapkan untuk menjadi ruang kolaborasi multi-perspektif untuk mencari solusi terhadap krisis air dan masalah lingkungan lain di Bali. Salah satu hasil konkret yang diharapkan dapat lahir dari kolaborasi tersebut adalah rancangan awal Peta Jalan Air Bali.

Bali adalah surga yang kini sedang terancam. Sebagai salah satu destinasi wisata paling dikenal di dunia, Bali menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sumber daya air. Pertumbuhan pariwisata yang pesat, urbanisasi, dan krisis iklim telah memberikan tekanan besar pada sumber daya air yang tersedia. Lonjakan permintaan air baik untuk kebutuhan domestik maupun komersial semakin memperparah krisis ini.

Kendati pembangunan Bali yang berlangsung begitu pesat dan masif hari ini memberikan dampak positif bagi perekonomian, namun pada saat bersamaan itu juga memicu rupa-rupa masalah, termasuk kelangkaan dan penurunan kualitas air bersih. Dalam kerumitan itu, skema tata kelola air Bali yang berkelanjutan dan partisipatif belum hadir untuk jadi jalan keluar.

Laporan dari Walhi Bali menunjukkan bahwa penggunaan air di Bali telah melebihi kapasitas siklus hidrologi, sementara intrusi air laut telah terjadi di beberapa daerah wisata utama seperti Sanur dan Kuta. Di daerah Kerobokan dan Uma Alas, terdapat lebih dari 1.000 villa yang semuanya memiliki kolam renang, mengindikasikan adanya lebih dari 1.000 sumur bor.

Di Denpasar, terdapat 1.088 sumur bor berizin dengan volume pengambilan air tanah sekitar 4.183.452 m3 pada November 2010. Jika ditambahkan dengan pengambilan air oleh PDAM Denpasar, maka total eksplorasi air tanah mencapai sekitar 59.602.326 m3 per tahun.

Sementara itu, penurunan muka air tanah di Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan tercatat sebesar 1,4 – 29,2 meter dalam kurun waktu 1985 – 2004. Kondisi ini diperparah oleh distribusi air yang tidak merata dan kecenderungan privatisasi air yang menciptakan ketidakadilan dalam akses air bersih antara masyarakat lokal dan industri pariwisata. Akibatnya, terjadi konflik antara kepentingan bisnis dan kebutuhan dasar masyarakat akan air bersih.

Mei lalu, Bali menjadi tuan rumah kegiatan World Water Forum (WWF) yang dihadiri oleh 9.477 delegasi dari 104 negara. Forum ini membahas masalah krisis air yang juga mulai dialami oleh dunia. Namun, temuan dari riset yang dilakukan oleh Ni Gusti Putu Dinda Mahadewi, Ni Luh Fenny Sulistya Murty, dan Ufiya Amirah mengungkapkan ketidakadilan yang terjadi terkait pasokan air selama forum internasional ini berlangsung.

Riset tersebut menunjukkan bahwa daerah Nusa Dua, lokasi di mana forum tersebut dilaksanakan, tidak mengalami kesulitan dalam mengakses air bersih. Kondisi ini sangat kontras dengan daerah Kuta Selatan yang berada tidak jauh dari Nusa Dua.

Masyarakat di Kuta Selatan menghadapi masalah serius terkait kelangkaan air bersih selama periode yang sama. Hingga hari ini, pascaforum tersebut, belum ada langkah konkret yang diambil dalam menghadapi krisis air, terutama di Bali. (kanalbali/RLS)

 

Apa Komentar Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.