DENPASAR, kanalbali.com – SOS Children’s Villages sudha lama dikenal sebagai organisasi non profit yang berfokus pada kebutuhan hak-hak anak. Organisasi ini berada di 135 negara seluruh dunia termasuk Indonesia. Khusus di Pulau Bali terdapat 170 orang anak yang diasuh oleh organisasi ini.
Secara keseluruhan di Indonesia terdapat sekitar 8.000 orang anak asuhan SOS Children’s Villages yang tersebar dari Bali, Banda Aceh, Medan, Bogor, dan wilayah lain dengan total mencapai 11 wilayah.
National Director SOS Children’s Villages Indonesia, Gregor Hadi Nitihardjo mengatakan anak-anak yang diasuh karena beberapa alasan, seperti mereka yang sudah kehilangan pengasuhan orang tua karena berbagai faktor.
BACA JUGA: Tutik Kusuma Wardani Pimpin Wanita Tani Indonesia Bali
“Anak-anak seperti ini adalah anak yang paling rawan dan rentan, jika lembaga lain ingin menyelamatkan, tapi hal dasar yang mereka tidak dapatkan adalah kasih sayang keluarga,” kata dia pada Minggu, (24/7/2022).

SOS Children’s Villages mencoba untuk menghadirkan keluarga baru dengan seorang ibu asuh yang hadir setiap hari agar anak-anak dapat merasakan kasih sayang dari orang tua. Selain itu, konsep tempat asuh pun dibuat layaknya rumah pada umumnya yang dihuni oleh 6 – 8 orang anak dengan rentan usia yang berbeda-beda.
“Jadi konsep kami namanya family life care atau pengasuhan berbasis keluarga, harapan kami anak asuh dapat kasih sayang, perhatian, sehingga anak akan kembali merasa berharga sebagai manusia seutuhnya,” jelasnya.
Menurutnya anak yang sebelumnya ditinggalkan oleh kedua orang tua membutuhkan pola asuh khusus, sebab masing-masing anak memiliki trauma tersendiri dan butuh waktu untuk bisa percaya dengan orang baru.
Adapun lembaga yang sudah masuk ke Indonesia sejak tahun 1972 ini mengasuh anak dari yang masih bayi sampai mereka lulus perguruan tinggi. Anak-anak yang diterima atau diasuh hanya atas rekomendasi Dinas Sosial setempat.
“Kami hanya menerima anak atas rekomendasi dari Dinas Sosial agar negara juga mengetahui keberadaan anak tersebut, dan kami mendapat mandat negara untuk membesarkannya. Hal ini juga untuk mengurangi resiko kejahatan lembaga tertentu, seperti adanya perdagangan manusia,” ungkapnya.
Anak-anak juga disiapkan untuk mendapatkan kekuatan diri, kemudian pada usia 16 – 17 tahun, anak laki-laki dan perempuan akan dipisahkan tempat tinggalnya dan mulai belajar untuk bisa hidup mandiri.

Sedangkan bagi keluarga miskin yang datang secara pribadi dan ingin menyerahkan anaknya untuk diasuh tidak akan diterima secara langsung. Hal ini dimaksudkan agar anak tetap mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Namun karena tidak mampu dari segi ekonomi, SOS Children’s Villages akan membantu memberi pendampingan, sehingga ekonomi keluarga tersebut dapat lebih stabil.
“Kami bantu para orang tua untuk meningkatkan kapasitas diri dengan menambah keterampilan, sehingga anak-anak yang mendapatkan kesulitan ekonomi bisa hidup lebih baik lagi dan orang tua mampu mempertahankan keluarga kecilnya untuk mengasuh sang buah hati,” tuturnya.
Ia menyebutkan, anak asuh yang paling banyak berada di Nusa Tenggara Timur dengan jumlah mencapai 2000 orang anak. Hal ini dipicu karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang dinilai masih sulit untuk membesarkan anak dalam sebuah keluarga.
Adapun selama pandemi COVID-19, khusus di Kota Semarang ada sekitar 50 orang anak yang kehilangan orang tuanya. Sementara di Bali lebih banyak keluarga yang menjadi lemah dari sisi ekonomi untuk membesarkan anaknya. Ia memperkirakan sekitar 30% – 40% keluarga di wilayah Tabanan, Bali yang bertambah menjadi keluarga dampingan SOS Children’s Villages.
“Kami menggandeng semua pihak untuk melihat kondisi tersebut, walaupun pariwisata Bali merangkak naik, tetapi di daerah pedesaan belum menunjukan tanda-tanda kebangkitan,” jelasnya.
Ada hal menarik yang ia lihat pada aktivitas ekonomi warga desa di Bali, karena selain bertani dan beternak, juga banyak orang tua yang membuat tempat untuk sesajen sebagai sarana persembahyangan Umat Hindu. Hanya saja modal untuk membeli bahan seringkali tidak cukup untuk memulai usaha.
“Kami membantu keluarga ini untuk membuat usaha yang lebih efektif, misalnya canang yang dibuat bisa lebih murah dengan teknik khusus a agar bisa menarik pembeli,” sebutnya.
Khusus untuk di Bali, SOS Children’s Villages sendiri berpusat di daerah Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Lokasi ini dipilih karena diperoleh dari tanah milik Pemprov Bali dengan tujuan untuk membantu wilayah Tabanan yang masih lemah pada masa tersebut. (Kanalbali/LSU)



Be the first to comment