KUTA, kanalbali.is – Pameran bertajuk “The Art of Mother Earth” digelar Yaari Rom, seniman internasional asal Amerika Serikat di Park 23 Gallery & Creative Hub, Tuban Bali. Pameran ini adalah ajakan Yaari untuk menghormati alam dan lingkungan yang membentuk kehidupan.
“Saya sangat terinspirasi dari alam dan kehidupan warga di Pulau Dewata ini,” kata Yaari saat acara konferensi pers, Senin, (4/6/2022).
Ia ingin menjadikan karyanya sebagai sarana merefleksikan kebiasaan buruk dalam mengelola lingkungan serta perilaku sosial masyarakat.
BACA JUGA: Terinspirasi dari Gamelan Leko, Pentas Gong Suling Inovatif Utamakan Permainan Rasa
“Saat ini menjadi lebih penting bagi semua generasi untuk mengambil bagian dan memiliki serta kepekaan terhadap gerakan sosial untuk lingkungan hidup,” jelasnya.
Dari puluhan lukisan, ada satu lukisan yang paling digemarinya, yakni lukisan bertemakan air dengan latar berwarna biru. Lukisan ini menunjukkan komitmennya untuk menjaga lingkungan terutama yang berkaitan dengan air.
Sebab selama ini ia memiliki kekhawatiran tentang air yang selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun kondisinya air tidak dijaga dengan baik, seperti masih ada perilaku membuang sampah sembarangan ke laut.
Ketertarikan Yaari dalam dunia seni tidak lepas dari peran keluarga yang juga bergelut dalam bidang seni. Selain melukis, ia juga mengembangkan bakat seni pertunjukan dan mengekspresikan imajinasinya dalam cerita dongeng melalui melalui musik serta tari.
Berkeliling dunia selama bertahun-tahun, Yaari berpartisipasi dalam teater dan seni jalanan Yaari banyak bergaul dengan bintang industri musik seperti Rod Stewart, Long John Baldry dan Lesley Duncan, sebelum membentuk bandnya sendiri “The Dandy Boys” yang membawakan musik yang sangat beragam dan perjalanan ekstremnya.
Selanjutnya, Yaari menetap untuk mengekspresikan diri dengan seni dan lukisannya dan membawanya ke Pulau Dewata. Tiba di Bali pada tahun 2003, Yaari langsung merasa seperti pulang kembali ke rumah dengan keindahan pulau dan unsur spiritualitas budaya Bali yang menakjubkan. Diprakarsai oleh ibu dan teman-temannya yang sudah akrab dengan Bali, ia mendirikan studio pertamanya di Penestanan, Ubud.
Keindahan alam yang memikat menginspirasi Yaari untuk membagikan visinya dan menciptakan sekolah kecil untuk anak-anak lokal. Setelah bertahun-tahun membangun sekolah, Yaari memutuskan untuk pindah ke Seminyak di mana ia membangun Yaari Toya Center keduanya untuk seni bersama seorang pelukis asal Bali Ni Made Toya.
Melalui penggunaan tema yang mudah dipahami dengan karya visual yang unik, seniman ini mengajak penikmat lukisan untuk membebaskan diri dalam pemikiran, kreasi, dan dan kembali kepada alam.
Ia menyebut bahwa pameran retrospektif ini merupakan jiwa art sebuah karya bertransformasi dengan beragam ekspresi karya garis hitam dan putih formasi warna, monoton, buram dan pigmen fluoresen.
“Lukisan yang ditampilkan sebagai bentuk gerakan untuk merayakan kesadaran kita bahwa semua makhluk di muka bumi dapat bersama sama menciptakan perjalanan, tanggung jawab kepada bumi lewat inspirasi visual,” jelasnya
Pameran akan berlangsung dari tanggal 6 hingga 24 Juli 2022 pukul 12.00 Wita – 20.00 Wita yang dibuka untuk masyarakat umum. Selain pameran lukisan, akan ada talkshow dan lokakarya. (Kanalbali/ADV)
Be the first to comment