DENPASAR – Pandemi COVID-19 telah berlangsung selama hampir dua tahun. Menurut pakar Virologi asal Universitas Udayana (Unud) Prof. Ngurah Mahardika, pandemi bisa saja berakhir bila terpenuhinya sejumlah indikator.
Salah-satu indikator itu adalah muncul varian baru dengan tingkat sebaran tinggi/cepat tapi tapi memiliki tabiat jinak. “Atau dengan kata lain menyebar cepat tapi tidak ganas. Apakah kemunculan varian Omicron sebagai pertanda berakhirnya pandemi, tentu masih perlu diamati perkembangan omicron sampai April 2022,” katanya, Selasa (21/12/2021).
“Sekarang masih fase evaluasi efektifitas dan tabiat omicron, nanti akan terlihat di bulan April 2020,” kata Mahardika. Selain itu dua indikator lain yang menandai berakhirnya pandemi adalah tingkat kepenuhan rumah sakit dan jumlah orang meninggal.
“Apakah terjadi lonjakan pasien akibat omicron maka dapat dikatakan varian omicron bertabiat ringan. Sebaliknya jika terjadi lonjakan maka varian ini memiliki tabiat ganas,” katanya.
Kemudian jika tingkat kematian akibat omicron rendah maka dapat dipastikan varian omicron bertabiat jinak. “Kalau tak ada lonjakan maka bisa dibilang omicron bertabiat ringan,” kata Mahardika.
Dari data yang dihimpun, angka positif Corona memang melandai beberapa waktu belakangan. Tapi hal itu terjadi secara alamiah. Padahal untuk mencegah meluasnya virus perlu perbaikan langkah-langkah yang sudah dilakukan. Misalnya vaksinasi, optimalisasi tracking, Testing dan model pengambilan keputusan yang tidak berbelit-belit.
“Kalau penangan masih seperti saat ini korban tak bisa kita hindari, mari siap siaga dari tingkat desa. Harus ada otoritas yang bisa mengambil keputusan sesegera mungkin, tanpa menunggu kordinasi atau arahan dari gubernur atau bupati,” ucap Mahardika. (KanalBali/ROB)
Be the first to comment