Jangan Malu Lestarikan Bahasa Daerah di Ruang Digital

pixabay by Tumisu

PENGGUNA MEDIA SOSIAL di Indonesia hampir sama dengan total penduduk Indonesia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu yang tidak bisa dinafikan lagi.

Menurut Marizka Juwita saat menjadi Key Opinion Leader di Webinar Literasi Digital wilayah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Selasa 5 Oktober 2021, banyak dampak positif dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terhadap bahasa Indonesia.

“Positifnya adalah bisa menambah pengetahuan dan relasi dan meningkatnya produksi buku-buku terjemahan ke dalam bahasa Indonesia,” ujar Marizka dalam webinar yang dipandu oleh Eddie Bingky ini.

Detilnya, lanjut Marizka, semisal kita mau nonton film di TV lokal pun yang berbahasa Inggris saja sudah ada terjemahannya ke Bahasa Indonesia. Ataupun film-film yang berbahasa Prancis juga sudah ada bahasa Indonesianya.

Kendari kita sangat dimudahkan dengan beragam dampak positifnya, tapi ada juga dampak negatifnya. Contoh saja penggunaan Bahasa Indonesia menjadi tidak benar.

“Ini biasanya tanpa kita sengaja yang kita bicarakan atau kita tulis dalam keseharian itu sebelumnya kalau di kamus bahasa Indonesianya itu salah misalnya kata ‘Antre’ kita pasti kebanyakan tahunya ngantri mau antri tapi sebenarnya bahasa yang benar adalah antre bukan antri,” imbuhnya menjelaskan secara detail.

Dampak negatif lainnya adalah semakin tergerusnya budaya asli Indonesia dan bercampurnya penggunaan bahasa semilsa mencampur kode (ILY,Ganbatte,Sarangheo,arigato). Hal ini biasanya terjadi kepada orang yang bisa beberapa bahasa.

Bahaya Media Sosial bagi Penggunanya

Ada juga ungkapan-ungkapan yang sering diungkapkan adalah bukan Bahasa Indonesia. Sehingga jika hal ini dilakukan terus menerus makan Bahasa Indonesia sedikit sedikit akan tergerus karena semua pakai bahasa Inggris lah atau bahasa yang lain.

“Inilah dampak negatifnya, jangan sampai karena teknologi yang kita dapat sekarang, budaya budaya di Indonesia semakin menipis,” jelasnya lagi.

Karena terlalu banyak orang yang sangat nyaman dengan bahasa Inggris, alangkah lebih baik kalau misal di luar sudah menggunakan bahasa Inggris tetapi di rumah kita lebih baik menggunakan Bahasa Indonesia. Karena harus selalu diingat kalau kita tinggal di Indonesia dan warga negara Indonesia maka Bahasa Indonesia adalah bahasa utama kita.

Yang juga penting, kata Marizka adalah melestarikan Bahasa Daerah yang kita miliki. Karena melestarikan bahasa daerah sangat penting sebab tak semua orang bisa.Dan jangan pernah malu untuk bisa bahasa daerah dan belajar. “Jangan sampai terkikis hanya karena perkembangan dunia digital yang terlalu mengarah ke luar karena kita harus bangga kepada bahasa daerah dan bahasa lokal kita,” katanya.

Selain Marizka juga hadir pembicara lainnya yaitu Syukri Rahmat SAg,Ketua MUI kabupaten Sumbawa, Andrew Paulo, Forex Trader, Nur Rahma Yenita, Ketua Program Studi Teknik Elektro STTI dan Asesor Kompetensi Multimedia BNSP.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (KANALBALI/RLS)