5 Sekaa Layangan Ikuti Lomba Buat Bebean di Disbud Bali

Peserta lomba pembuatan layang-layang bebeasn - IST
Peserta lomba pembuatan layang-layang bebeasn - IST

DENPASAR, kanalbali.id – Lima kelompok sekaa atau komunitas Teruna sangat kreatif mengikuti Jantra Tradisi Bali, Pacentokan (Lomba) Membuat Layangan Bebean di Halaman Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Selasa 1 Juli 2025.

Mereka membuat layang-layang bebean, jenis layang-layang tradisional Bali yang berbentuk ikan.

“Ajang ini, tak hanya memberikan kesempatan untuk menghibur diri, khususnya dalam membuat layang-layang, tetapi juga sebagai ajang pembelajaran budaya leluhur,” kata Perwakilan Komunitas Seni Bedu Tim, I Made Leo Wijana.

Layang-layang bebean memiliki ciri khas bentuk yang menyerupai ikan, lengkap dengan kepala, badan, kaki, dan kepes atau gleber, potongan kain seperti bendera di sisi kanan dan kirinya.

Layangan bebean, salah satu dari tiga jenis layangan tradisional Bali yang populer, selain layangan pecukan dan janggan.

“Lomba membuat layang-layang bebean ini sangat bagus. Kami bisa ikut berpartisipasi untuk melestarikan seni dan budaya leluhur melalui ajang ini. Melalui lomba layang-layang ini, generasi muda Bali turut serta dalam mempublikasikannya ke khalatak luas,” ucapnya

Dewan Juri, I Wayan Duduk Puriraharja mengatakan, lomba membuat layang-layang kali ini ada peningkatan dari tahun sebelumnya, jika dilihat dari kreativitas. Lomba ini, berkesinambungan dari tahun sebelumnya.

“Dulu, lomba membuat layangan janggan, dan tahun ini membuat layangan bebean. Mudah-mudahan tahun depan ada layangan pecukan. Kami melihat kreativitas peserta rare angon sangat antusias belajar, dan meleetarikan budaya melayangan ini,” katanya.

Peserta lomba tahun ini didominasi dari Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.

Jika dulu, orang yang mampu membuat dan menaikan layang-layang itu hanya orang-orang tertetu saja, tetapi kini sudah biasa dilakukan oleh masyarakat umum, terutama anak-anak muda.

“Itu artinya kita sudah mendapaykan marwah dari layangan itu, dan ini sudah dilakukan secara turun temurun dan berlangsung sangat baik,” papar Wayan Duduk seraya mengatakan, layangan bebean itu sumbernya dari laut.

Sedangkan Dewan Juri, I Made Ruta menyebutkan orang yang bermain layang-layang terkadang tidak tahu persis filosofi, makna dan tujuan dari layang-layang itu.

Karena itu, dengan adanya lomba layang-layang ini secara tidak langsung orang yang terlibat dalam membuatnya, harus memahami sistem konstruksi, filosofi dan makna dari layangan itu.

“Inilah tujuan sebenarnya dari lomba layang-layang ini,” sebutnya.

Dari awal lomba sampai akhir, anak-anak muda ini cukup memahami dan mendalami filosofi dari pada permainan layang-layang ini. Layangan itu, tidak hanya sebagai sekedar hiburan, tetapi juga ada pengetahuannya.

Misalnya, bagaimana membuat ukuran- ukurtan yang tepat dan sesuai, sehingga layangan itu bisa naik. “Itu pasti ada aturan ukurannya. Kalau tidak tepat, maka keseimbangan tidak akan tercapai. Sebab, secara keseluruhan layang-layang itu paling penting keseimbangannya,” ucapnya.

Kalau di Bali, ada aturan dalam membuat bangunan, seperti ada istilah a nyari, a depa dan lainnya.

Dalam layangan ini, juga ada aturannya seperti itu. Jika orang membuat layangan yang tidak bisa naik, mungkin ada salah satu ukurannya yang tidak memenuhi aturannya.

“Memang tidak ditemukan aturan itu dalam lontar, tetapi layangan ini sudah menjadi tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun. Hanya saja, orang tidak tahu secara detail, kalau tidak dipelajari dengan baik,” imbuhnya. ( kanalbali/ RLS )

Apa Komentar Anda?