Makna dan Filosofi Tumpek Uye, Hari Suci untuk Menghormati Hewan

Tumpek Uye banten dan yang dipuja
Various offerings are made in the tumpek kandang ceremony - IST

DENPASAR, kanalbali.id – Setiap enam bulan sekali, umat Hindu merayakan Tumpek Uye atau dikenal juga sebagai Tumpek Kandang, yang jatuh pada hari Saniscara Kliwon Wuku Uye.

Hari suci ini menjadi momen istimewa untuk mengungkapkan rasa syukur dan kasih sayang terhadap hewan peliharaan dan ternak.

Dalam tradisi Hindu Bali, Tumpek Uye mencerminkan penghormatan terhadap peran penting hewan dalam kehidupan manusia, baik sebagai penunjang pekerjaan, bagian dari upacara, maupun sumber pangan.

“Berbuatlah agar semua orang, binatang, dan makhluk hidup berbahagia.”
(Yajurveda XVI.48)

Makna Filosofis Tumpek Kandang

Secara filosofis, Tumpek Kandang tidak hanya tentang hewan, tetapi juga tentang pengendalian diri. Kata “kandang” dalam konteks ini melambangkan upaya untuk mengendalikan pikiran dan sifat liar yang bersemayam dalam diri manusia, seperti sifat tanpa tata cara, kemalasan, atau perilaku impulsif.

Dalam perhitungan urip, Saniscara Kliwon Uye memiliki nilai 7 (Saniscara 9 + Kliwon 8 + Uye 8 = 25, lalu 2 + 5 = 7), yang dikaitkan dengan sifat rajas atau watak hewani. Oleh karena itu, hari ini menjadi waktu untuk menyucikan diri, menetralkan sifat-sifat hewani yang dipengaruhi oleh konsumsi daging atau pola hidup yang tidak terkendali.

Upacara Tumpek Uye untuk Hewan

Tumpek Uye adalah hari untuk mengupacarai berbagai jenis hewan, terutama ternak besar seperti sapi, kerbau, gajah, serta hewan peliharaan lainnya. Upacara ini ditujukan kepada Sang Hyang Rare Angon, manifestasi Dewa Siwa sebagai penguasa dan pelindung hewan.

Persembahan yang diberikan bertujuan memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi hewan peliharaan, sekaligus agar hasil ternak melimpah sesuai harapan pemiliknya.

Persembahan yang dihaturkan disesuaikan dengan jenis hewan dan kemampuan umat. Berikut adalah beberapa jenis banten yang umum digunakan:

  • Untuk ternak jantan: Tumpeng, sesayut, penyeneng, reresik, jerimpen, dan canang raka.

  • Untuk ternak betina: Sama dengan banten jantan, ditambah ketipat belekok blayag dan pesor.

  • Untuk unggas atau burung: Ketupat kedis, ketupat sidha purna, bagia, penyeneng, dan tetebus kembang payas.

Persembahan ini disesuaikan dengan tempat, situasi, dan kemampuan masing-masing umat, sehingga tetap fleksibel namun penuh makna.

Tujuan Tumpek Uye

Melalui Tumpek Uye, umat Hindu berupaya menjaga keseimbangan antara manusia, hewan, dan alam. Dengan menghaturkan persembahan, umat tidak hanya memohon berkah untuk hewan peliharaan, tetapi juga berharap terhindar dari hidup yang hanya mengejar kenikmatan tanpa makna. Upacara ini menjadi pengingat untuk hidup harmonis, menghormati semua makhluk hidup, dan menjaga keseimbangan batin. ***

Apa Komentar Anda?