
PERKEMBANGAN DUNIA DIGITAL saat ini ditandai dengan semakin masifnya penetrasi media sosial dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Mulai dari sosial, ekonomi hingga politik tak bisa berpaling dari dunia digital. Bahkan bisa dibilang eksistensi berbagai sisi hidup manusia banyak yang bergantung pada dunia maya.
Sejalan dengan semakin pesatnya perkembangan dunia digital berkembang sangat pesat beberapa tahun belakangan ini. Berbagai fasilitas kemudahan berkomunikasi dan mengekresikan diri diberikan oleh perkembangan dunia digital saat ini. Kehadiran internet membuat masyarakat bisa berbagi konten atau informasi ke berbagai tempat. Untuk itu dibutuhkan kreatifitas positif para pengguna media sosial agar konten yang dibuat beragam dan menarik perhatian serta bermanfaat serta menginspirasi orang lain.
Dalam Webinar di Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Senin 21 Juni 2021 yang dimoderatori oleh Idfi Pancani ini hadir sejumlah pembicara yaitu Driana Rini Handayani, Blogger Social Media Enthuciast, Alki Adi Joyo Diharjo, CEO Viding, Rizky Tuahta Christian Bukit, Financial Enthuciast, Ni Ketut Alit Astuti Co Counder Trinity Academia, Key Opinion Leader Aulia Qolbi.
Menurut Driana Rini Handayani media sosial itu seperti pisau bermata dua ada positif juga ada sisi negatifnya. Positifnya dengan media sosial terpampang kemudahan berkomunikasi dan berinteraksi. Selain itu juga sebagai sarana mendapatkan infromasi dengan mudah dan cepat juga kemudahan mendapatkan hiburan.
“Saat ini nonton film tak melulu harus ke bioskop tapi bisa lewat gadget kita, nonton youtube video juga sangat mudah. Media sosial memberi kita wadah berkreasi hal hal positif bisa dimuat,” jelas Driana.
Dari sekian banyak platform yang hampir semuanya gratis, harus pintar kita gunakan untuk produktivitas kita. “Yang juga paling penting adalah jangan asal posting, pastikan berita atau konten yang kita unggah adalah benar dan bermanfaat,” imbuhnya.
Selain itu hindari mengunggah konten ujaran kebencian, berita palsu, SARA, fitnah, menjaga etika di media sosial dan hormati juga hak privasi orang lain. Kita juga harus memahami kita tak hanya berinteraksi dengan gadget, tapi kita berkomunikasi dengan orang lain. “Jadi jika tak ingin dicubit jangan nyubit orang. Jangan ngangkat apapun yak berkaitan dengan isu SAR, pornografi karena kita berbicara di gadget seperti kita berbicara dengan manusia lain.”

Driana juga mewanti-wanti agar berhati-hati dengan jejak digital karena bisa dipakai rekam jejak para HRD untuk mengambil keputusan saat kita melamar pekerjaan. Dan itu bernilai lebih dari CV kita. “Tuhan Maha Pengampun, Tapi Google Tidak. Buatlah reputasi digital yang baik dengan berprilaku positrif di media sosial.”
Sementara itu pembicara lain, Alki Adi Joyo Diharjo dalam paparangnya tentang Stay Productive dan Creative selama Pandemi mengatakan bahwa di era digital ini yang wajib kita tumbuhkan adalah upaya adaptasi. Apalagi di era new normal masa pandemi seperti sekarang ini.
“Pandemi belum ada kepastian berakhir, banyak penelitian mengatakan ini aka nada terus dan kita harus memanagenya dengan baik agar tetap selamat. Masa ini memberi kompleksitas dan kadang memberi kita ragu mau ngapain, mau jalan kemana, khususnya UMKM bingung. Pertanyaannya akankah kita hanyut atau beradaptasi?” ujar Alki.
Cara kita memandang sebuah masalah agar dari masalah itu menciptakan solusi yang berrmanfaat untuk kita dan lingkungan. Sebelum mencapai ke solusi kita harus melaku jembatan yaitu adaptasi. “Contohnya meeting meeting daring, dirasa sangat bermanfaat untuk mencapai audience yang lebih luas. Dan ini bentuk adaptasi dunia kerja dalam pandemi.
Menimbang Media Sosial: Outlet atau Toilet?
Kita harus mampu melalui jembatan itu yaitu adaptasi, jangan menerima aja. Setiap masa ada jatuhnya juga seperti saat ini. Sejarah dulu juga membuktikan ada suatu adaptasi baru untuk melalui jembatan hingga mencapai solusi.
Saat ini teknologi dan internet adalah salah satu tools melalui jembatan beradaptasi di masa pandemi. Alki juga mengatakan ada 3 platform yang memanfaatkan momentum car beradaptasi saat pandemi yaitu Hopin, Zoom dan Viding, meski masih banyak yang lainnya.
“Ini bisa dimanfaatkan secara gratis gampang lewat gadget. Hopin star up berbasis di London untuk manajemen virtual event, Zoom adalah aplikasi untuk berkomunikasi banyak orang, menggelar seminar, rapat dan lainnya, sedangkan Viding yang sebelumnya platform digital pariwisata saat ini yang kami develop Juni 2020, viding manajemen adalah untuk hybrid dan virtual wedding,” ujar Alki.
Jadi orang yang tadinya nikah bingung tamu terbatas, kami memberi solusi memberi fasilitasi itu dengan menghadirkan segala yang terkait urusan wedding mulai dari undangan sampai live streaming. Di 2021 kita tumbuh 5 kali dibanding 2020. Cash flow berhasil positif dan sudah profitable dan ini diluar dugaan lain. Dan banyak platform lain yang berkibar missal tokopedia dengan belanja online.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (KANALBALI/rls)
Be the first to comment