Dian Susanti dan Ethneeq, Dari Cinta Bali ke UMKM Naik Kelas

Dian Susanti, bersama karta-karyanya - AWJ
Dian Susanti, bersama karta-karyanya - AWJ

Reporter: I Ketut Angga Wijaya

GIANYAR, Kanalbali.id– Di sebuah rumah sederhana di Jalan Batuyang, Batubulan, Gianyar, Bali, bunyi mesin jahit berpadu dengan suara riuh pekerja. Dari sanalah lahir berbagai tas, topi, dan alas kaki dengan sentuhan khas Bali yang kental. Produk-produk itu membawa nama Ethneeq, usaha rintisan Dian Susanti, perempuan asal Jawa yang besar di Jembrana, Bali.

“Nama Ethneeq itu lahir karena kecintaan saya pada Bali. Pulau ini kaya akan budaya, agama, dan tradisi. Saya merasa berutang pada tanah yang membesarkan saya, jadi saya ingin menghadirkan sesuatu yang merepresentasikan Bali dalam karya saya,” ujar Dian membuka cerita, Kamis (4/9/2025).

Dari Tas Belanja ke Produk UMKM

Semua bermula dari hal sederhana. Pada 2019, pemerintah Bali melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai. Dian yang sering berbelanja ke pasar maupun minimarket merasa kesulitan menemukan tas yang praktis sekaligus menarik.

“Awalnya saya hanya ingin punya tas belanja sendiri. Saya coba bikin dari blacu, tapi cepat lusuh dan terlipat di jok motor. Akhirnya saya beralih ke bahan goni, lalu saya tambahkan gambar Barong. Teman-teman langsung bilang, ‘Bagus sekali, bisa bikinkan untuk kami?’ Dari situlah usaha ini mulai,” kenang Dian sambil tersenyum.

Tak disangka, pesanan datang silih berganti. “Biasanya mereka pakai untuk merchandise atau souvenir event UMKM di Denpasar. Saya senang sekali karena tas sederhana itu bisa memberi manfaat lebih luas,” katanya.

Akhir 2020, Ethneeq resmi berdiri. “Saya masih ingat malam pertama kami menerima pesanan puluhan tas. Rasanya campur aduk antara takut tidak sanggup dan bahagia diberi kepercayaan,” kisah Dian.

Sejak itu, jalan Ethneeq semakin terbuka. Pada 2022, Ethneeq terpilih menjadi official merchandise ajang G20 di Bali. “Itu momen bersejarah buat saya. Tas buatan tangan yang awalnya hanya dipakai ke pasar, ternyata bisa menjadi bagian dari perhelatan internasional,” ungkapnya bangga.

Karya kerajian tas dari Etneeq - AWJ
Karya kerajian tas dari Etneeq – AWJ

Tahun berikutnya, Ethneeq masuk finalis Apresiasi Kreasi Indonesia 2023. “Itu juga membanggakan. Artinya karya kami diapresiasi, bahkan bersaing dengan UMKM kreatif lain dari seluruh Indonesia,” kata Dian. Kini, Ethneeq juga dibina oleh beberapa kementerian dan Pertamina.

“Setiap tahap pembinaan membuka wawasan baru. Saya jadi belajar bahwa usaha bukan sekadar produksi, tapi juga soal manajemen, pemasaran, dan inovasi berkelanjutan,” tuturnya.

Bagi Dian, tas bukan hanya produk. “Saya selalu bilang kepada tim, tas ini harus bercerita. Ketika ada motif Barong, endek, atau songket, itu bukan sekadar hiasan. Itu identitas Bali yang kita jaga. Orang membeli Ethneeq bukan hanya membeli tas, tapi juga membeli cerita dan cinta pada budaya Bali,” jelasnya.

Namun, jalan UMKM tidak selalu mulus. “Tantangan terbesar adalah produk luar negeri, terutama dari China, yang harganya jauh lebih murah. Kadang konsumen tergoda harga, padahal kualitas dan identitas budaya tidak sama,” katanya.

Karena itu, Ethneeq memilih fokus pada produk ramah lingkungan. “Itu nilai jual utama kami. Kalau hanya bersaing harga, kami kalah. Tapi kalau bersaing ide, budaya, dan kualitas, kami punya kesempatan,” tegasnya.

Kisah Dian adalah cermin ketangguhan UMKM. “Bagi saya, UMKM itu tempat belajar tanpa henti. Kami harus kreatif, tangguh, dan berani gagal. Kalau jatuh, ya bangkit lagi. Itu bagian dari proses,” ucapnya.

Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan, UMKM menyumbang lebih dari 60 persen PDB nasional dan menyerap mayoritas tenaga kerja. “Bayangkan kalau UMKM dibiarkan berjalan sendiri tanpa pendampingan. Potensinya besar, tapi bisa terhambat. Maka penting sekali ada dukungan,” kata Dian menambahkan.

Harapan pada Program Daya SMBC Indonesia

Salah satu bentuk dukungan itu datang melalui pembinaan dari dunia perbankan. Program seperti Program Daya dari PT Bank SMBC Indonesia Tbk memberi kesempatan UMKM naik kelas dengan meningkatkan literasi keuangan, pengembangan kapasitas, hingga digitalisasi.

“Bagi UMKM seperti kami, literasi keuangan itu kunci. Kadang kami sibuk produksi, tapi lupa mencatat arus kas dengan rapi. Kalau ada pendampingan, kami bisa belajar mengelola modal dengan baik,” ungkap Dian.

Ia juga menilai digitalisasi penting. “Sekarang semua serba online. Kalau tidak belajar, kita ketinggalan. Saya berharap bisa ikut pelatihan seperti yang ada di Program Daya SMBC Indonesia, supaya Ethneeq bisa masuk pasar e-commerce lebih luas,” katanya penuh semangat.

Menurutnya, Program Daya tidak hanya memberi ilmu, tetapi juga motivasi. “Ketika ada lembaga sebesar SMBC Indonesia yang peduli pada UMKM, rasanya kami tidak sendirian. Ada harapan lebih besar bahwa UMKM bisa benar-benar bersaing,” ujarnya.

Bagi Dian, Ethneeq adalah wujud cinta pada Bali. “Saya orang Jawa, tapi saya besar di Bali. Pulau ini sudah seperti rumah saya sendiri. Saya ingin memberikan sesuatu yang bermakna, dan tas-tas ini adalah cara saya mengucap terima kasih,” ucapnya dengan mata berbinar.

Cinta itu menular. Dari tas sederhana yang ia jahit sendiri, lahirlah usaha yang menginspirasi banyak orang. Cinta itu pula yang menjadi energi bagi UMKM di seluruh Indonesia untuk bertahan dan berkembang.

“Kalau saya bisa, siapa pun bisa. Kuncinya adalah berani mencoba, tidak cepat menyerah, dan mau belajar. UMKM itu memang kecil, tapi dampaknya bisa besar sekali bagi ekonomi kita,” tutup Dian. (KanalBali/AWJ)

 

Apa Komentar Anda?