
JAKARTA – Di tengah pandemi COVID-19, pelaku industri ekonomi kreatif diharapkan mampu memahami perubahan ekosistem pasar dan beradaptasi. Dengan begitu, mereka akan lebih mudah menciptakan peluang baru di tengah situasi yang serba tak menentu ini.
Kita tidak boleh hanya bicara soal produk saja, karena kalau kita hanya bicara produk, bangsa kita nanti hanya jadi tukang,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio dalam Webinar yang digelar PB Kagama dan Pengda Kagama Bali, Minggu (22/11) malam.
Wishnutama menuturkan, ekonomi kreatif sejatinya tak hanya bicara tentang upaya para pelaku berkreasi menciptakan suatu konsep atau ide, namun juga tentang produksi, pemasaran, pendistribusian hingga pelajaran dan memahami perilaku konsumen.
“Soal pemasaran khususnya di era digital itu harus diperhatikan apalagi dintegah pandemi seperti ini, terus harus bisa juga memahami keuangan, kita juga harus memahami Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), kita harus juga memahami hukum, kita harus juga membuat badan hukum, bahkan sampai ke akses permodalan,” ujarnya.
Agar pelaku ekonomi kreatif bisa memahami ekosistem industri lebih mudah dan cepat, Kemenparekraf, lanjut Wishnutama, telah menjalin koordinasi dengan lintas kementerian agar bergerak bersama untuk memberikan pemahaman mengenai ekosistem industri.
“Ambil contoh di UMKM misalnya, digitalisasi UMKM di Indonesia saja bisa meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sampai dengan 160 miliar US. Serta dapat berkontribusi sangat tinggi pada ekonomi setelah COVID-19. Makanya ini harus kita dorong terus terkait dengan pemahaman ekosistem ekonomi kreatif,” tuturnya.
Sementara Ketua Pengda Kagama Bali IGN Agung Diatmika menegaskan, Bali sebagai daerah yang paling terdampak COVID-19 harus segera menemukan cara untuk bangkit dari keterpurukan. Industri kreatif sangat menjanjikan karena potensinya sudah ada di Bali dan tinggal mengelolanya agar sesuai dengan kondisi di masa pandemi ini.
“Perlu dilakukan berbagai pelatihan dan fasilitasi agar UMKM berbasis industri kreatif segera muncul. Khususnya, UMKM yang digerakkan oleh anak-anak muda,” tegasnya. (kanalbali/ACH)
Be the first to comment