
CYBERBULLYING adalah perundungan maya yang menggunakan teknologi digital tujuannya untuk mempermalukan, menyakiti, dan membuat marah target bullying, dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform game, dan ponsel.
“Ada perbedaan antara cyberbullying dan bullying. Kalau cyberbullying pelaku tidak diketahui dan bisa terjadi kapan saja. Sedangkan bullying, pelakunya bisa diketahui dengan mudah, terjadi secara langsung dan korbanpun bisa menghindar,” papar Gabrilianty Nasiti, SPV Accounting Analyst dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Paniai, Papua, Kamis (4/11/2021).
Terdapat tujuh tipe dari cyberbullying itu sendiri. Pertama, flaming yaitu mengirimkan pesan teks berisi kata-kata penuh amarah. Kedua, harrassement yaitu pesan yang berisi gangguan pada email, pesan teks, sms di jejaring sosial secara terus menerus. Ketiga, cyber stalking yakni mengganggu dan mencemarkan nama baik seseorang secara intens dan membuat ketakutan besar pada individu tersebut. Keempat, denigration yaitu proses mengumbar keburukan seseorang di internet.
Kelima, impersonation yaitu berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan yang kurang baik atau kurang pantas. Keenam, outring yaitu perbuatan menyebarkan rahasia orang lain. Ketujuh, exclucion yakni sengaja mengasingkan seseorang dalam grup digital.
“Dampak dari cyberbullying itu sendiri dapat mempengaruhi mental dan fisik korban. Secara mental dan emosional korban akan merasa kesal, cemas, depresi, kehilangan minat pada hal disukai. Secara fisik korban jadi lelah dan mengalami gejala sakit perut atau sakit kepala,” ucapnya.
Langkah pencegahan cyberbullying yang utama haruslah berasal dari diri sendiri agar tidak menjadi korban. Pahami cyberbullying melalui artikel dan diskusi, memahami bentuk diskriminasi dalam bullying. Pertimbangkan sebelum posting atau mengunggah konten di media sosial.
Atur juga privasi di media sosial, pilihlah orang-orang terdekat atau yang kita pilih untuk boleh melihat konten kita. Jadi tidak semua orang bisa lihat apa yang kita posting. Berhati-hati saat mengirim dan menerima pesan di media sosial.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Paniai, Papua, Kamis (4/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Yulia Dian (Social Media Specialist), Maria Kobepa (Pengacara), dan Chika Mailoa (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (kanalbali/RLS)
Be the first to comment