Kenali Seluk Beluk Mesin Pencari Digital

pixabay by Pexels

MESIN pencarian menjadi jembatan bagi para pengguna internet untuk masuk ke dalam dunia tanpa batas ini. Sejauh ini, banyak orang tahu bahwa mesin pencari adalah Google dan menjadi salah satu yang paling banyak digunakan. Data dari Oberio menunjukkan Google menempati 91,45 persen pangsa pasar mencin pencarian global.

Namun, Abdurrahman sebagai Kepala Laboratorium Fisika Lanjur UNCEN menyampaikan bahwa masih banyak jenis mesin pencarian lain selain Google. Mesin pencari ini termasuk ke dalam perangkat lunak, yang mana berfungsi untuk memberikan tanda keapda perangkat keras mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.

“Apa saja yang kita ketik pasti akan dijawab oleh mesih pencari. Jadi, mesin pencari sebagai jembatan dari kita selaku pengguna menuju ke dunia maya tersebut, ke alamat situs yang ingin kita cari. Semakin mudah mencari kata kuncinya maka akan semakin gampang mendapatkan apa yang kita cari,” tutur Rahman dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Yahukimo, Papua, Kamis (21/10/2021).

Mesin pencari ini didefinisikan sebagai sebuah sistem dari software, aplikasi, atau website yang mengumpulkan dan mengorganisir kontem dari seluruh interet, di design untuk mencari berbagai informasi yang tersimpan dalam layanan situs.

Cara kerja mesin pencari menggunakan program yang sering disebut dengan istilah spiders, robots, atau crawlers untuk mencari konten dari seluruh sudut internet. Hasil-hasil tersebut kemudian digunakan mesin pencari untuk membangun indeks internet.

Masyarakat Indonesia Antusias Mengadopsi Transformasi Digital

Selain Google yang sering digunakan oleh masyarakat secara umum, terdapat Bing, Duck Duck Go, Yandex, Yahoo, Dogpile, Search Encrypt, Startpage, Gibiru, dan lainnya sebagai sebuah mesin pencarian. Ia mengatakan, beberapa search engine tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Misalnya, Google memiliki kelebihan pada segi kecepatan dan kemudahan dalam mencari apapun, tetapi kekurangan pada search engine ini ialah kerap dijadikan target para spammer untuk menampilkan iklan yang berujung penipuan. Jika dibandingkan, fitur mesin pencarian lain yang setara dengan Google yaitu, Bing, Yahoo, Baidu, Yandex, dan Dogpile.

Dengan Google, kita bisa menggunakan tanda kutip (“..”) agar hasil pencarian kita lebih spesifik dan merujuk pada kata atau kalimat terrentu, Selain itu, tips lainnya yang bisa digunakan ialah memakai tanda (-) untuk menghilangkan suatu kata yang tidak ingin dicari. Gunakan titi dua (;) untuk mencari situs tertentu.

“Paling penting sebenarnya adalah kata kunci mengenai apa yang ingin kita cari. Kalau itu tidak tahu kita jadi bingung ingin mencari apa sebenarnya,” paparnya.

Ia mengimbau, kita harus pintar-pintar mencari dan memanfaatkan mesih pencarian tersebut, agar mempercepat pencarian.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Yahukimo, Papua, Kamis (21/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Gabrilianty Nastiti Ayuningtyas (SPV Accounting Analyst), Gebryn Benjamin (Lead Creative Strategi Frente Indonesia), dan Nata Gein (Key Opinion Leader).

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (kanalbali/RLS)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.