
DENPASAR – Pangkalan gas LPG atau gas melon 3 kilo gram yang berlokasi di Jalan Gunung Merapi, Pemecutan, Kota Denpasar, diserbu warga hingga antre dan banyak warga yang tidak mendapatkan gas LPG hingga mereka harus berkeliling kembali untuk mencari gas melon tersebut.
Dari pantau di pangkalan tersebut sejumlah warga banyak yang putar balik karena gas LPG 3 kilo gram sudah habis diserbu warga lainnya. Salah satu warga bernama Agus Widodo (51) juga harus kembali berkeliling dengan sepeda motornya untuk mencari gas LPG 3 kilo gram karena tidak kebagian.
“Sudah keliling saya cari, sudah ada enam toko. Dari jam 9 pagi saya cari, balik lagi, mungkin ada di sana, cari lagi. Sampai nggak masak kita,” kata Agus saat ditemui di Pangkalan Gas LPG di Jalan Gunung Merapi, Pemecutan, Kota Denpasar, Senin (3/2).
Agus yang berprofesi sebagai sopir ini tinggal di Jalan Gunung Welirang, Kecamatan Denpasar Barat, mengaku sudah tiga hari tidak masak karena tidak kebagian untuk mendapatkan gas LPG 3 kilo gram.
“Saya sudah tiga hari nggak masak, beli nasi jinggo saja, beli lauk saja. Makanya saya tanya gas yang besar tadi berapa, karena saya ada tabung yang besar,” imbuhnya.
Agus juga menilai, soal kebijakan pemerintah menetapkan kebijakan baru mengenai penyaluran gas LPG 3 kilo gram yang tidak lagi melalui pengecer, melainkan langsung pangkalan resmi tentunya sudah bagus tapi penerapannya susah di lapangan.
BACA JUGA: Soal Perubahan Nama Jalan Pulau Serangan, BTID Sebut Peninggalan KTT G20
“Semua kebijakan pemerintah bagus, cuma di lapangan yang susah diterapkan di masyarakat. Mau kebijakan apa pun bagus, tapi cocok nggak sama kondisi di lapangan?,” ungkapnya.
“Makanya dibilang gas segini harganya dari pemerintah, kenyataannya nggak. Rakyat itu cari yang penting ada, masalah harga nggak masalah. Kayak mereka yang cari-cari itu yang penting ada, bukan masalah harga lagi,” lanjutnya.
Ia juga menceritakan, bahwa dirinya sudah mencari di tempat jauh untuk mencari gas LPG 3 kilo gram tetapi belum mendapatkannya karena pangkalan di dekat rumahnya sudah habis dan hal tersebut tentu semakin sulit untuk rakyat.
“Oke- lah harganya pemerintah segini, sekarang nggak boleh di warung-warung iya kan di pemerintah. Tapi di rakyat nggak ada seperti itu, jauh kita cari,” ujarnya.
“Nggak masalah bagi kita mau harganya misal Rp 20 hingga Rp 30 ribu yang penting ada. Bagi kita rakyat kecil di sini yang penting ada, kita bayar, daripada kita nunggu nggak masak, semua nggak jalan kan susah juga,” ujarnya.
Sementara, Suarmana selaku pemilik Pangkalan Gas LPG bernama Sri Purnami di Jalan Gunung Merapi, Pemecutan, Kota Denpasar, mengatakan warga membeludak dan antre sejak pukul 08:00 WITA dan truk yang mengangkut gas LPG baru tiba di tempatnya sekitar pukul 11:00 WITA dan saat ini sudah banyak yang putar balik karena tau gas LPG 3 kilo sudah habis di tempatnya.
“Nggak sampai 10 atau 15 menit sudah habis. Warga baliknya lebih banyak daripada yang dapat,” ujar Suarmana.
Ia menyebutkan, bahwa kouta yang didapatkan pangkalannya hanya sekitar 50 gas LPG ukuran 3 kilo gram dan tentunya langsung habis.
“Kita pangkalan di sini kan ditentukan dengan kuota pangkalannya. Terus di sini tetap kuotanya terpenuhi oleh agen dari Pertamina, tapi kok di pangkalan lain katanya kosong, saya nggak ngerti. Makanya tadi membeludak,” imbuhnya.
Ia menyebutkan, banyak warga yang putar balik setelah mendengar gas LPS 3 kilo gram di tempatnya habis dan bahkan warga yang datang dari tempat jauh seperti dari daerah Taman Pancing, di Kecamatan Denpasar Selatan, dan dari Nusa Kambangan, Denpasar Barat.
“Kita bagikan sesuai dengan NIK KTP, kita bagi satu-satu. Sekarang lebih membeludak ke sini orang ngambil karena di warung-warung katanya nggak ada. Karena kita pangkalan resmi karena di warung katanya nggak boleh dikasih. Kalau kita memang nggak pernah melayani warung, kita melayani pemakai akhir saja,” ujarnya.
Ia menyebutkan, bahwa gas LPG 3 kilo gram dijual seharga Rp 18 ribu kepada pembeli dan pihaknya berharap adanya tambahan kouta gas LPG 3 kilo gram oleh Pertamina.
“Sesuai SK (surat keputusan) gubernur itu Rp 18 ribu. Kalau kita pangkalan aturannya baku segitu aja. Kita dikasih kuota sekian, harus jual sekian, dan laporin juga sekian,” ujarnya.
“Menurut informasi pangkalannya yang akan ditambah bukan jatah kita, pangkalan yang dulunya warung akan ditingkatkan menjadi pangkalan. Itu rencananya mungkin dari Pertamina,” ujarnya.
Pihaknya juga berharap agar kuota gas LPG 3 kilo gram di tempatnya ditambah agar maksimal untuk membagikan kepada warga sekitar.
“Kalau kita mudah-mudahan saja ditambah kuotanya biar bisa jualan. Biar maksimal-lah, karena kita punya tempat di sini strategis. Banyak kantong-kantong masyarakat di sini. Biar di doublein-lah biar lebih leluasa kita bisa mendistribusikan. Iya ditambah 100-lah kuotanya,” ujarnya.
Seperti diketahui, Kementerian ESDM bakal mengubah skema penyaluran LPG 3 Kg. Gas melon tak lagi melalui pengecer, melainkan langsung pangkalan resmi.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan nantinya tidak ada lagi pengecer menjual gas bersubsidi tersebut. Ia menyatakan semua akan diubah menjadi pangkalan yang stoknya langsung dari Pertamina.
Pemerintah memberikan waktu satu bulan bagi pengecer untuk mendaftarkan usahanya menjadi pangkalan resmi penjual LPG 3 Kg.
“Per 1 Februari peralihan. Karena itu kan ada jeda waktu kami berikan untuk satu bulan,” kata Yuliot Tanjung di Kementerian ESDM, Jumat (31/1). ( kanalbali/KAD )
Be the first to comment