Puluhan Warga Terkena Chikungunya, Begini yang Dilakukan Dinkes Karangasem

Ilustrasi - Fogging untuk pencegahan gigitan nyamuk - IST

KARANGASEM, kanalbali.id – Ratusan warga di banjar atau lingkungan Ujung Pesisi, Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali, dikabarkan mengalami nyeri di persendian kaki hingga lumpuh sesaat dan demam.

Kejadian itu, diduga akibat terjangkit wabah chikungunya sehingga petugas medis mendatangi Lingkungan Ujung Pesisi, untuk memeriksa dan mendata kondisi kesehatan warga setempat, pada Kamis (9/6).

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karangasem I Gusti Bagus Putra Pertama mengatakan, bahwa peristiwa itu memang terjadi di lingkungan Ujung Pesisi tapi tidak seluruh desa hanya satu lingkungan. “Itu, satu Banjar Dinas Ujung Pesisi, di Desa Tumbu, tidak menyebar ke banjar lainnya” Kata Bagus Putra saat dihubungi, Jumat (10/6).

Namun, pihaknya menerangkan bahwa sebenarnya peristiwa tersebut sudah terjadi sejak tanggal 21 Mei 2022 lalu. Dari laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDS) Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem, jumlah kasusnya ada 64 orang.

BACA JUGA: Libatkan 16.500 Seniman, Pesta Kesenian Bali akan Dibuka Jokowi

“Dari SKDS, jumlah kasus yang benar-benar dicurigai chikungunya ini ada 64 kasus. Mulai tanggal 21 Mei sampai dengan tadi pagi. Dimana 54 sudah sembuh dan 10 orang masih dirawat tetapi dalam perawatan di rumah, tidak ada kasus yang dirawat di rumah sakit. Itu, yang memang sudah terdiagnosis oleh teman-teman di fasilitas pertama,” imbuhnya.

Ia menyebutkan, jika disebut ratusan mungkin dari persepsi masyarakat dan menganggap itu chikungunya. Namun, yang diagnosis chikungunya 64 orang.

“Mungkin, persepsi masyarakat atau bisa jadi mereka menganggap chikungunya tetapi setelah diperiksa tim medis itu memang 64 saja yang memang terdiagnosis. Sekarang, masih 10 orang yang sedang perawatan dan dipantau petugas,” jelasnya.

BACA JUGA:

‘Plastilitikum’, Jurus Made Bayak Tahlukkan Sampah Plastik

Penularan Melalui Nyamuk

Ia juga menyatakan, bahwa tim surveilans sudah melakukan SKDS begitu ada laporan per tanggal 3 Juni di lingkungan tersebut dan aktif melakukan survailens. “Itulah datanya. Mereka mendapatkan data itu, baik survailens aktif ke masyarakat maupun ke faskes-faskes yang ada di wilayah setempat,” ungkapnya.

Namun, pihaknya belum bisa memastikan apakah virus yang menyerang warga itu adalah chikungunya. Karena, tentu untuk menentukan hal tersebut harus dilakukan pemeriksaan di laboratorium. “Itu dugaan. Kalau pastinya harus periksa lab. Tapi secara klinisnya dari teman-teman faskes mengarah ke sana (chikungunya),” jelasnya.

Menurutnya, dari laporan yang diterima bahwa keluhan warga lemas dan demam tapi warga sembuh dengan sendirinya setelah 3 atau 7 hari perawatan.

“Ini penularannya melalui nyamuk dan mirip-mirip dengan deman berdarah, cuma kasus ini lebih ringan daripada demam berdarah. Jadi dia keluhannya demam, lemas, tapi virusnya ini sembuh dengan sendirinya juga dan memang tidak ada sampai dirawat di rumah sakit,” ujarnya.

Selain itu, dari hasil penyelidikan di lingkungan tersebut memang masih banyak ditemukan genangan air yang mengandung jetik nyamuk dan tadi pagi petugas medis bersama masyarakat melakukan tes elisa atau tes serologi untuk mengetahui keberadaan chikungunya.

“Hasil penyelidikan epidemiologi oleh tim surveilans terdekat, di sana masih banyak genangan-genangan air, dimana genangan air ini banyak mengandung jetik. Mereka, tadi pagi melakukan tes elisa bersama masyarakat sekitarnya. Bahkan, besok kita siapkan fogging untuk membunuh nyamuk dewasanya,” ujarnya.

“Langkah yang kita laksanakan menangani kaus ini, untuk kasus tentu kita kelola sesuai dengan SOP kalau parah dirujuk ke puskesmas atau ke rumah sakit. Untuk upaya dilakukan mengajak masyarakat sosialisasi, edukasi, termasuk besok kita mengajak untuk pemberantasan sektor nyamuk ini supaya tidak berkembang,” ujarnya. (kanalbali/KAD)

Apa Komentar Anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.