Purnama Sadha untuk Pemujaan Leluhur dan Melukat

Purnama Sadha
Sejumlah umat Hindumelakukan persembahyangan Hari Raya Saraswati di Pura Jagadnatha Denpasar, Bali Sabtu 4 Juli 2020. - Zul T eduardo

DENPASAR, kanalbali.id – Setiap bulan, umat Hindu Bali menyambut Hari Raya Purnama dengan penuh khidmat, dan kali ini adalah momen istimewa Purnama Sadha yang jatuh pada bulan keduabelas dalam penanggalan Bali. Purnama, atau sukla paksa, bukan sekadar fenomena alam, melainkan waktu untuk menyucikan diri dan mendekatkan diri kepada Sang Hyang Candra, dewa bulan yang diagungkan dalam tradisi Bali.

Makna Purnama dalam Tradisi Bali

Menurut Lontar Sundarigama, Purnama adalah saat Sang Hyang Wulan (Candra) beryoga, menjadi payogan atau tempat bersemayamnya energi suci bulan. Dalam teks kuno ini disebutkan, Purnama dan Tilem adalah hari-hari penyucian bagi Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu pasangan dewa Matahari dan Bulan. Ketika Purnama tiba, Sang Hyang Candra menjadi pusat pemujaan, sementara pada Tilem, Sang Hyang Surya yang dihormati. Ritual ini mengajarkan keseimbangan antara dua kekuatan alam yang saling melengkapi.

Isi Lontar:

Mwah hana pareresiknira sang hyang rwa bhineda, makadi sang hyang surya candra, yatika nengken purnama mwang tilem, ring purnama sang hyang ulan mayoga, yan ring tilem sang hyang surya mayoga. Samana ika sang purohita, tkeng janma pada sakawanganya, wnang mahening ajnana, aturakna wangi-wangi, canang nyasa maring sarwa dewa, pamalakunya, ring sanggat parhyangan, laju matirta gocara, puspa wangi.

Ritual Penyucian Diri

Purnama Sadha bukan hanya soal pemujaan, tetapi juga momen untuk menyucikan jiwa dan raga. Umat Hindu Bali dianjurkan untuk mempersembahkan sesajen, seperti canang wangi-wangi dan canang yasa, kepada para dewa di sanggah atau pura keluarga. Prosesi ini dilanjutkan dengan tirta gocara, yaitu memohon air suci sebagai simbol pembersihan batin. Ritual ini dilakukan dengan penuh kesadaran untuk mencapai harmoni lahir dan batin. Purnama juga banyak dipilih untuk melaksanakan ritual melukat.

Dana Punia: Kebajikan Tanpa Pamrih

Selain itu, Purnama Sadha juga menjadi waktu yang tepat untuk melaksanakan dana punia atau sedekah. Dalam ajaran Sarasamuscaya, sedekah ditekankan sebagai wujud kebajikan tanpa pamrih. Disebutkan, “Yang disebut dana adalah sifat tidak iri hati, dan jika dilakukan dengan tulus dan konsisten, akan membawa keselamatan serta kebaikan yang berlimpah.” Ajaran ini mengingatkan bahwa memberi dengan hati ikhlas adalah kunci menuju kehidupan yang harmonis.

Makna Spiritual dari Bhagawad Gita

Dalam Bhagawad Gita (XVII.25), disebutkan bahwa segala bentuk yajna, tapabrata, dan dana punia yang dilakukan tanpa mengharapkan imbalan, dengan mengucapkan “Tat”, akan membawa pelakunya menuju moksa, atau pembebasan spiritual. Purnama Sadha menjadi pengingat bahwa setiap tindakan kebajikan, sekecil apa pun, memiliki nilai luhur jika dilakukan dengan niat tulus.

Pemujaan kepada Leluhur

Di samping ritual umum, Purnama Sadha juga menjadi waktu untuk menghormati Bhatara Kawitan di sanggah kembulan, tempat leluhur keluarga diagungkan. Ini adalah momen untuk mempererat ikatan dengan leluhur sekaligus memperkuat nilai-nilai spiritual dalam keluarga.

Mengapa Purnama Sadha Penting?

Hari suci ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga cerminan kearifan lokal Bali yang mengajarkan harmoni dengan alam dan sesama. Dengan merayakan Purnama Sadha, umat Hindu Bali tidak hanya memuliakan Sang Hyang Candra, tetapi juga memperbarui komitmen untuk hidup penuh kesadaran, keikhlasan, dan kebajikan.

Bagi Anda yang ingin mendalami makna Purnama Sadha, luangkan waktu untuk mengikuti prosesi ini dengan hati terbuka. Persembahkan sesajen sederhana, lakukan penyucian diri, dan berbagi kebaikan melalui dana punia. Dengan begitu, setiap Purnama tidak hanya menjadi perayaan, tetapi juga langkah menuju kehidupan yang lebih bermakna. ***

Apa Komentar Anda?