
DENPASAR, kanalbali.id – Arcana Foundation dan Kitapoleng Bali bakal menghadirkan sajian pertunjukan apik pada gelaran Festival Bali Jani, Sabtu (15/10) mendatang. Mereka mempersembahkanteater Monolog dengan judul ‘Drupadi’.
Terinspirasi dari kisah Mahabarata, penulis naskah sekaligus produser Putu Fajar Arcana menyebut sosok Drupadi merupakan manifestasi perempuan kuat yang berani melawan sistem budaya patriarki. Sebuah sistem kebudayaan yang meletakkan perempuan dalam posisi yang pasif, dan dipandang sebelah mata.
“Sosok Drupadi dihadirkan sebagai perempuan yang berani menggugat sistem patriarki yang telah melekat sejak masa klasik sampai kehidupan manusia di masa kini,” ungkapnya, Selasa (11/10).
Fajar Arcana memang sudah banyak dikenal oleh kalangan luas lewat karya-karyanya yang mengangkat topik perempuan atau kesetaraan gender. Dalam teater Drupadi pun, Arcana mempersembahkan ekspresi yang merespon fenomena yang masih terjadi hingga detik ini, yakni pelecehan terhadap kaum perempuan.
“Setiap saat di hari ini ataupun kedepan pelecehan perempuan bisa terjadi, sudah ada banyak sekali kasus di berbagai belahan dunia. Itu memicu saya prihatin,” ungkap dia.
Posisi perempuan dalam budaya patriarki terang Fajar, dipandang sebelah mata, dan menjadi bayang-bayang laki-laki. Sebuah kenyataan yang memilukan.” Ini menunjukan relasi yang sangat kuat antara sistem patriarki dan posisi perempuan. kejadian-kejadian (pelecehan perempuan) ini memicu kita untuk menaruh perhatian terhadap ini,” ungkapnya.
Suguhan ini digarap dengan pendekatan multimedia hasil kolaborasi antara Arcana Foundation dan Kitapoleng Bali dengan dukungan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Naskah lakon Drupadi, lanjut Fajar sudah ditulis pada 2020 lalu saat pandemi COVID-19. Ketika interaksi secara fisik benar-benar dibatasi, Putu mencari terobosan dengan menulis naskah berbasis teknologi multimedia.
“Tadinya monolog ini disiapkan untuk tayangan di kanal online, tetapi karena pembatasan sosial sudah mulai dilonggarkan, maka sekarang kita bisa menyaksikannya secara langsung,” ujarnya.

Sekilas tentang kisah Drupadi, dalam kisah Mahabarata, perempuan ini menjadi istri dari lima orang yang disebut Pandawa. Ia begitu kuat menjadi sosok istri dari lebih dari satu orang. Bahkan harus menanggung malu saat menjadi ‘benda taruhan’ saat permainan dadu antara Pandawa dan Kurawa.
Pandawa kalah dan Drupadi akhirnya dilecehkan oleh pihak Kurawa. Menurut Fajar, adegan itu menunjukan fenomena pelecehan paling puncak eksistensi perempuan dalam sejarah. Tentang begitu tak berdayanya perempuan dalam sistem sosial patriarki.
Pergelaran lokon Drupadi ini, akan dilakukan secara hybrid dari Gedung Ksirarnawa mulai pukul 17:00 WITA di Taman Budaya Provinsi Bali Art Centre. Pentas ini juga dapat
disaksikan secara streaming lewat kanal Youtube Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
Dalam pementasannya, teater monolog Drupadi akan melibatkan sebanyak 40 penari. Sementara sosok Drupadi akan diperankan oleh seorang penyanyi Bali Anak Agung Oka Diartini, atau populer dipanggil Gung Ocha.
Secara khusus, Putu menggandeng seniman Dibal Ranuh untuk menyutradarai segmen-segmen visual yang dibutuhkan dalam pementasan. Penggunaan dua sutradara dalam satu pertunjukan, tambah Putu, menjadi hal baru dalam proses kreatif berkesenian di Indonesia. Proses semacam ini sangat dimungkinkan untuk memaksimalkan kemampuan masing-masing.
Sementara itu, menurut Produser Joan Arcana, ia juga menggandeng beberapa pihak lain dalam bagian koreografi seperti Jasmine Okubo, juga seniman-seniman Bali lainnya seperti seniman gamelan Sraya Murtikanti, senian cello Kharissa Sadha, dan musisi tekno Agha Praditya.
Mereka akan berkolaborasi dalam menghasilkan karya musik yang tetap berbasis pada tradisi tetapi memberikan perspektif baru di masa kini. (Kanalbali/WIB)
Be the first to comment