
KLUNGKUNG, KANALBALI.ID – Nusa Penida memiliki potensi alam perbukitan dan pantai yang eksotik yang tersebar diseluruh wilayah bagian barat dan timur.
Dalam paket wisata perjalanan di Nusa Penida dikenal dengan trip barat dan trip timur, dan destinasi wisata tersebut karena potensi alam perbukitan dan pantai yang masih alami. Terdapat banyak destinasi yang masih alami dan akses yang sulit untuk dicapai, salah satunya adalah kawasan Pantai Gamat.
Kawasan Pantai Gamat berada di wilayah administrative Desa Sakti, memiliki karakteristik pantai yang tersembunyi oleh perbukitan yang tinggi dan hutan lindung yang lebat.
Saat ini pantai gamat digemari oleh para snorkeling dan diving, serta wisatawan yang menghabisi waktu sambil menikmati view pulau-pulau kecil dan sunset dikala sore hari. Wilayah perbukitan kerap kali dipergunakan oleh pengunjung untuk menikmati suasana lembayung sore hari, bahkan sebagai area glamping.
Terdapat beberapa akomodasi wisata yang berkembang di wilayah tersebut dengan menggunakan tanah hak milik. Saat ini kondisi pantai gamat mengalami pengikisan air laut atau abrasi, serta fasilitas akomodasi wisata yang masih kurang.
Pengunjung yang datang ke pantai gamat melalui jalur darat harus menyusuri jalan setapak yang berbukit dan berlembah, terdapat café sederhana yang dibangun serta sunbed di tepian pantai. Namun akomodasi tersebut masih belum relevan dalam menarik wisatawan yang berkunjung ke pantai Gamat.
Terdapat hutan lindung yang saat ini telah menjadi miliki Desa Sakti dan berubah status menjadi hutan desa. Keinginan dari pihak desa terkait dengan tata kelola hutan desa dan kawasan pantai gamat yaitu mengembangkan fasilitas wisata alam yang mampu mendukung kunjungan wisatawan ke kawasan Pantai Gamat.
Namun hal yang perlu diperhatikan adalah pemanfaatan hutan desa yang yang harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh undang-undang dalam menjaga penyangga alam tersebut.
Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Kepala Desa Ketut Partita pada saat kegiatan diskusi awal antara tim pengabdian dan pihak desa. Dalam diskusi tersebut, prioritas awal yang rencanakan adalah akses jalan menuju objek wisata dan mampu menghubungkan dengan akomodasi-akomodasi wisata yang berada di sekitarnya.
Sehingga wisatawan mampu dengan mudah untuk mengaksesnya. Disamping itu juga, perencanaan akomodasi wisata dalam pembangunannya sesuai dengan kemampuan desa dalam membangun dan memerlukan pihak ketiga dalam pembangunan fasilitas tersebut.
Ketua Tim Pengabdian Ir. I Kadek Merta Wijaya, S.T., M.Sc., IPM., ASEAN Eng., memberikan solusi pengembangan dengan memperhatikan aspek kontekstual site yang tentunya meminimalkan dampak negative terhadap lingkungan hutan lindung.

Oleh karena itu, penyediaan akomodasi wisata diarahkan pada area yang mendaptkan spot view yang dominan yaitu bagian pinggi tebing pantai dan pesisir pantai. Untuk hutan lindung dimanfaatkan untuk agrowisata sesuai dengan karakter hutannya dan tidak ada pembangunan fisik yang dapat menghilangkan ekosistem yang terdapat dalam hutan tersebut.
Dalam pengembangan ini terdapat dua spot area yang ditawarkan dalam pengembangan fasilitas wisata alam selain akses jalan menuju objek wisata yang nantinya akan terhubung dengan objek wisata Crystal Bay yang berada di bagian selatan dari Pantai Gamat.
Perencanaan waterfront dan restaurant atau café di pinggi pantai gamat. Pembangunan waterfront dalam bentuk area sunbed dan kabana ini bertujuan untuk memperbaiki dan menata fasilitas yang selama ini masih belum relevan sekaligus membuat senderan penahan kikisan air laut sehingga tidak melebar ke daerah darat. Di samping itu juga, pembangunan café atau restaurant sebagai fasilitas yang mendukung wisatawan berlibut ke pantai tersebut.

Konsep yang dipergunakan adalah tropical dengan menggunakan energi alami dalam penghawaan dan pencahayaan melaui bangunan yang terbuka. spot yang lain adalah perencanaan glamping yang diperuntukkan untuk pengunjung yang menyukai aktivitas petualang sembari menikmati keindahan pantai, laut, pulau kecil, serta suasana sunset di sore hari.
Perencanaan glamping tentunya sesuai dengan karakter dan daya dukung lingkungan alam yang berbukit. Perencaan glamping tersebut merupakan solusi yang tepat karena bangunannya bersifat semi permanen dan tidak banyak melakukan rekayasa lahan.
Dalam pengembangan objek wisata alam di kawasan pantai gamat, ketua Tim Pengadian dibantu oleh anggota Tim yaitu Ir. Ni Wayan Meidayanti Mustika, S.T., M.T., yang memiliki bidang green building serta tim surveyor dalam mengidentifikasi potensi dan masalah dilapangan.
Rancangan fasilitas wisata alam di Pantai Gamat memiliki dampak positif dalam menarik wisatawan dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan alam, sehingga pembangunan fasilitas ini bersifat sustainability. (KANALBALI/RLS)
Be the first to comment